Kericuhan Warnai Pesta Juara Persib, Pelatih Hodak Kecewa
Perayaan gelar juara Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Sabtu lalu ternodai oleh serangkaian insiden yang membuat pelatih Bojan Hodak sangat kecewa.
Awalnya, seremoni penyerahan trofi Liga 1 2024-2025 direncanakan berlangsung meriah di lapangan, dengan para pemain dan staf tim merayakan kemenangan bersama ribuan pendukung setia mereka. Namun, rencana tersebut berantakan akibat ulah sejumlah oknum suporter yang tidak bertanggung jawab.
Kondisi Tak Terkendali
Insiden bermula ketika sejumlah oknum suporter menyalakan flare di dalam stadion. Asap tebal yang dihasilkan flare tersebut mengganggu jarak pandang dan membuat pertandingan penutup melawan Persis Solo harus dihentikan sementara. Selain itu, ratusan oknum suporter juga memaksa masuk ke lapangan sebelum penyerahan trofi, menciptakan kekacauan dan membuat situasi menjadi tidak terkendali.
Kekecewaan Pelatih Hodak
Pelatih Persib, Bojan Hodak, tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya atas insiden tersebut. Ia mengecam tindakan para oknum suporter yang dianggap egois dan merugikan tim.
"Saya katakan pada Anda, tadi pertandingan terhenti dua kali karena ada 10 flare," ujar Hodak dengan nada kesal.
"Ketika ada orang yang memulai menyalakan flare, dia itu orang egois. Dia datang untuk dirinya sendiri dan dia tidak memikirkan orang lain, tidak memikirkan klub dan pemain," lanjutnya.
Hodak juga menyoroti dampak negatif dari insiden tersebut terhadap ritme permainan timnya. Ia merasa bahwa gangguan di lapangan telah merusak momentum Persib dan menghambat peluang mereka untuk mencetak gol.
Edukasi Suporter Sebagai Kunci
Lebih lanjut, Hodak menekankan pentingnya edukasi suporter untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang. Ia berharap agar para suporter dapat lebih bertanggung jawab dan tidak melakukan tindakan yang merugikan tim dan klub.
"Federasi sepak bola di manapun di dunia tentu berusaha untuk bisa membuat anak atau keluarga datang ke stadion tanpa terjadi apa-apa," katanya.
"Jadi, fans harus diedukasi, mereka harus berpikir. Seperti saat saya menjadi pelatih tim nasional Malaysia U19, di Sidoarjo, kami menunggu selama satu jam karena ada pelemparan botol," ucapnya.
"Jadi, harus diedukasi, tetapi tidak boleh kehilangan fan karena stadion akan kosong," tuturnya.
Insiden di GBLA ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait. Diharapkan, kejadian serupa tidak akan terulang kembali di masa depan, sehingga perayaan kemenangan Persib dapat berlangsung dengan aman, tertib, dan meriah.