Gelombang Protes Global Menghantam Tesla: Aksi Vandalisme dan Demonstrasi Meluas

Gelombang Protes Global Menghantam Tesla: Aksi Vandalisme dan Demonstrasi Meluas

Serangkaian aksi protes dan vandalisme yang meluas telah menargetkan dealer dan infrastruktur Tesla di Amerika Serikat dan Eropa. Aksi ini muncul sebagai respons atas kontroversi yang melibatkan Elon Musk dan keterlibatannya dalam politik Amerika Serikat, yang dianggap oleh para demonstran sebagai upaya untuk memperkuat pengaruhnya di pemerintahan dan memajukan agenda yang dianggap berbahaya. Insiden ini menandai eskalasi signifikan dalam penolakan publik terhadap peran Musk dalam politik dan kebijakan publik.

Dalam beberapa pekan terakhir, setidaknya sepuluh insiden vandalisme telah dilaporkan. Insiden-insiden tersebut berkisar dari penembakan ke dealer Tesla di Tigard, Oregon yang mengakibatkan kerusakan pada tiga mobil dan pecahnya jendela, hingga pembakaran stasiun pengisian daya Tesla di dekat Boston. Di Loveland, Colorado, seorang wanita, Lucy Grace Nelson, ditangkap setelah melakukan serangkaian serangan terhadap sebuah dealer Tesla, termasuk pelemparan bom molotov dan pengrusakan properti dengan cat semprot. Nelson diduga menuliskan kata-kata yang merujuk pada Nazi pada bangunan dealer tersebut. Tidak ada laporan mengenai cedera serius dalam insiden-insiden tersebut, meskipun kerusakan properti mencapai jumlah yang signifikan. Respon Tesla terhadap kejadian ini masih belum tersedia secara resmi.

Protes tidak hanya terbatas pada tindakan vandalisme. Di New York, polisi menangkap sejumlah demonstran yang menggelar aksi di depan dealer Tesla, mengecam keterlibatan Musk dalam politik dan menuduhnya membeli kekuasaan dengan mengorbankan kepentingan rakyat Amerika. Sentimen serupa juga terlihat di Eropa. Di Lisbon, Portugal, lusinan demonstran berkumpul di dealer Tesla, membawa spanduk yang menyerukan boikot terhadap perusahaan tersebut. Seorang dokter di Lisbon, Nuno Raimundo, menyatakan keprihatinannya terhadap pengaruh Musk yang dianggap memajukan paham ekstrem kanan di Eropa, bahkan menyamakannya dengan situasi politik yang berbahaya di era 1930-an. Aksi serupa juga terjadi di London, Inggris, di mana puluhan pengunjuk rasa perubahan iklim menduduki ruang pamer Tesla, dan di Barcelona, Spanyol, di mana seorang seniman memasang patung yang dianggap sebagai simbol penghormatan Nazi di stasiun pengisian daya Tesla.

Tanggapan Elon Musk terhadap protes tersebut terungkap melalui akun X-nya. Ia mengutuk tindakan vandalisme sebagai kejahatan dan bukan kebebasan berekspresi. Namun, kritik terhadap keterlibatannya dalam politik dan pengaruhnya yang dianggap merusak, terus bergema di kalangan masyarakat dan mengundang lebih banyak protes. Eskalasi protes ini menggarisbawahi perdebatan yang semakin intens mengenai peran tokoh bisnis berpengaruh dalam politik dan tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan besar.

  • Kronologi Kejadian:
    • Loveland, Colorado: Pelemparan bom molotov dan pengrusakan dealer Tesla oleh Lucy Grace Nelson.
    • Boston: Pembakaran beberapa stasiun pengisian daya Tesla.
    • Tigard, Oregon: Penembakan terhadap dealer Tesla, mengakibatkan kerusakan pada tiga mobil dan jendela.
    • New York: Penangkapan demonstran di depan dealer Tesla.
    • Lisbon, Portugal: Demonstrasi besar-besaran di dealer Tesla dengan seruan boikot.
    • London: Pendudukan ruang pamer Tesla oleh pengunjuk rasa perubahan iklim.
    • Barcelona: Pemasangan patung provokatif di stasiun pengisian daya Tesla.

Situasi ini terus berkembang dan berpotensi menimbulkan dampak yang luas terhadap citra Tesla dan memicu diskusi publik yang lebih dalam mengenai tanggung jawab sosial korporasi dan peran teknologi dalam politik.