Peningkatan Kasus Pernapasan dan Campak di Gorontalo: Ancaman Tripledemic dan Upaya Mitigasi

Peningkatan Kasus Pernapasan dan Campak di Gorontalo: Ancaman Tripledemic dan Upaya Mitigasi

Provinsi Gorontalo tengah menghadapi peningkatan signifikan kasus penyakit pernapasan dan suspek campak, berdasarkan laporan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) pekan ke-9 tahun 2025. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Anang S Otoluwa, yang turut menyoroti ancaman tripledemic – kombinasi Covid-19, influenza, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus) – yang diperparah oleh mobilitas tinggi masyarakat selama Ramadan dan curah hujan yang tinggi. Lonjakan kasus ini menjadi perhatian serius mengingat potensi dampaknya terhadap sistem kesehatan daerah.

Anang Otoluwa menjelaskan bahwa beberapa penyakit menjadi perhatian utama, termasuk Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), pneumonia, dan campak. Data SKDR menunjukkan peningkatan kasus Influenza-Like Illness (ILI) mencapai 1242 kasus, dengan Kabupaten Gorontalo Utara melaporkan angka tertinggi. ISPA menduduki peringkat pertama dalam sepuluh penyakit terbanyak dengan potensi Kejadian Luar Biasa (KLB), mencapai 6.787 kasus. Pneumonia juga menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, dengan 399 kasus tercatat, khususnya di kalangan anak-anak dan lansia yang merupakan kelompok rentan. Lebih lanjut, tercatat 53 kasus suspek campak, sebagian besar terpusat di Kabupaten Gorontalo, yang mengingatkan pada KLB campak tahun 2024.

Faktor Penyebab dan Kelompok Rentan:

  • Mobilitas Tinggi: Meningkatnya mobilitas masyarakat selama Ramadan dan menjelang libur Lebaran menciptakan lingkungan yang ideal untuk penyebaran virus pernapasan, terutama di tengah kondisi udara lembab dan dingin akibat curah hujan tinggi.
  • Cakupan Imunisasi: Cakupan imunisasi yang belum optimal di beberapa daerah menjadi faktor utama peningkatan kasus campak. Risiko ini diperparah oleh interaksi masyarakat yang tinggi selama Ramadan, ditambah kondisi sanitasi yang buruk dan kemungkinan kurangnya asupan gizi selama berpuasa.
  • Tripledemic: Ancaman tripledemic, kombinasi Covid-19, influenza, dan RSV, turut membebani layanan kesehatan, terutama selama musim hujan yang meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan penyakit berbasis lingkungan seperti demam berdarah dengue (DBD) dan leptospirosis. Laporan menunjukkan 237 kasus DBD dan 1 kematian, serta 5 kasus leptospirosis dengan 1 kematian di pekan ke-9 tahun 2025.

Upaya Mitigasi dan Pencegahan:

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo telah merumuskan beberapa strategi mitigasi, antara lain:

  • Penguatan Imunisasi: Meningkatkan cakupan vaksin campak-rubella (MR) di wilayah dengan cakupan rendah, terutama di daerah dengan mobilitas tinggi.
  • Surveilans Ketat: Memperkuat pemantauan kasus ILI, pneumonia, dan campak di fasilitas kesehatan untuk deteksi dini dan penanganan segera.
  • Edukasi Masyarakat: Menggalakkan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan, pola makan sehat, dan menghindari kontak erat dengan penderita untuk mengurangi risiko penularan.
  • Kesiapan Fasilitas Kesehatan: Meningkatkan kesiapan fasilitas kesehatan selama Ramadan dan libur Lebaran, termasuk ketersediaan vaksin, obat-obatan, dan logistik.
  • Advokasi Lintas Sektor: Mendapatkan dukungan dari lintas sektor terkait, termasuk pemerintah kabupaten/kota, untuk implementasi kebijakan yang efektif.

Kesimpulannya, peningkatan kasus penyakit pernapasan dan campak di Gorontalo memerlukan perhatian serius dan upaya kolaboratif dari berbagai pihak. Mitigasi yang terpadu, yang mencakup penguatan imunisasi, surveilans ketat, edukasi publik, dan kesiapan fasilitas kesehatan, sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat Gorontalo.