Danantara Bidik Kemitraan Strategis dengan Huayou dalam Proyek Baterai Kendaraan Listrik

Badan Pengelola Investasi Danantara (Danantara) membuka peluang kemitraan strategis dengan Huayou Cobalt Co., perusahaan asal Tiongkok, dalam upaya mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, mengungkapkan bahwa Huayou secara aktif mencari Danantara sebagai mitra strategis untuk inisiatif penting ini.

Pandu Sjahrir menekankan pentingnya prinsip komersial dan saling menguntungkan dalam kerjasama ini. "Kita tekankan juga ke Huayu, ini harus win-win, we have to make money together," ujarnya. Danantara akan mengupayakan agar porsi Indonesia dalam pengembangan ekosistem baterai listrik lebih besar dibandingkan negara lain.

Fokus utama kemitraan ini adalah transfer pengetahuan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal. Danantara berharap Huayou dapat membawa ahli baterai listrik mereka ke Indonesia, sementara Danantara siap mendukung dari sisi permodalan. Tujuannya adalah agar SDM Indonesia dapat berkembang dan memiliki peran signifikan dalam industri baterai EV.

Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi yang juga CEO Danantara, Rosan P Roeslani, mengumumkan kedatangan CEO Huayou Cobalt Co., Chen Xuehua, ke Indonesia untuk membahas detail teknis realisasi investasi baterai kendaraan listrik. Pertemuan tersebut juga melibatkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.

Rosan menyampaikan bahwa Danantara akan memperkuat konsorsium proyek baterai listrik, memastikan kepemilikan mayoritas dipegang oleh Indonesia, baik melalui BUMN maupun partisipasi langsung Danantara.

Presiden Prabowo Subianto telah memberikan restu kepada Huayou untuk menggantikan LG dalam pengembangan proyek baterai EV di Indonesia. Huayou berencana menginvestasikan 20 miliar dollar AS, yang merupakan tambahan dari investasi sebelumnya sebesar 8,8 miliar dollar AS. Investasi ini akan digunakan untuk pengembangan baterai listrik di Indonesia.

Keputusan ini diambil setelah konsorsium perusahaan asal Korea Selatan, LG, menarik proyek investasi senilai 7,7 miliar dollar AS dari pengembangan baterai listrik di Indonesia.