Mengenal Moyamoya: Kelainan Pembuluh Darah Otak yang Berpotensi Memicu Stroke

Moyamoya, sebuah kondisi medis langka yang menyerang pembuluh darah otak, menjadi perhatian serius karena potensinya memicu stroke. Penyakit ini memerlukan penanganan khusus, seringkali melalui prosedur bedah mikrovaskular seperti bypass otak.

Dr. Muhammad Kusdiansyah, seorang spesialis bedah saraf dari RS Pusat Otak Nasional Prof. Mahar Mardjono, menjelaskan bahwa moyamoya terjadi ketika pembuluh darah besar di otak mengalami penyempitan. Sebagai kompensasi, tubuh membentuk pembuluh darah baru yang lebih kecil dan halus.

"Otak kita memiliki mekanisme kompensasi yang luar biasa. Ketika pembuluh darah utama menyempit, otak akan berusaha membuat pembuluh darah baru sebagai jalan pintas. Pembuluh darah baru inilah yang disebut sebagai pembuluh darah moyamoya," ujar dr. Kusdiansyah dalam sebuah acara media.

Istilah "moyamoya" sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti "seperti kepulan asap". Gambaran ini sesuai dengan tampilan pembuluh darah baru yang terbentuk saat dilakukan angiogram.

Masalahnya, pembuluh darah baru ini terbentuk dengan cepat sehingga strukturnya lebih lemah dan rentan pecah. Pecahnya pembuluh darah inilah yang kemudian dapat menyebabkan stroke.

Gejala moyamoya bervariasi tergantung pada tingkat keparahan penyempitan pembuluh darah. Beberapa gejala umum yang sering muncul antara lain:

  • Nyeri kepala kronis
  • Kejang
  • Stroke ringan (TIA)
  • Keterlambatan perkembangan (pada anak-anak)

Penanganan stroke yang disebabkan oleh moyamoya pada dasarnya sama dengan penanganan stroke pada umumnya. Namun, pencegahan stroke menjadi kunci utama dalam kasus moyamoya. Pemeriksaan kondisi pembuluh darah otak secara rutin dapat membantu mendeteksi dini penyakit ini.

Jika moyamoya terdeteksi, tindakan bypass otak dapat dilakukan untuk memulihkan aliran darah ke otak. Prosedur ini memerlukan keahlian khusus dari dokter bedah saraf serta dukungan peralatan medis yang canggih.

Di Indonesia, prevalensi moyamoya diperkirakan mirip dengan Jepang, yaitu sekitar 0,5 per 100.000 penduduk. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak akibat faktor genetik. Tanpa penanganan yang tepat, moyamoya dapat mengganggu perkembangan otak dan kecerdasan anak, bahkan meningkatkan risiko kematian.

Dr. Adin Nulkhasanah Sp.S, Direktur Utama RS PON, mengungkapkan bahwa sejak dibukanya pusat moyamoya dan penyakit serebrovaskular pada tahun 2024, tim dokter rumah sakit tersebut telah melakukan 70 tindakan bedah bypass pembuluh darah otak.

"Dulu, moyamoya dianggap sebagai penyakit langka. Namun, sejak kami membuka pusat penanganan moyamoya dan aktif melakukan penjaringan kasus, kami telah menangani 70 pasien yang membutuhkan tindakan bypass otak," kata dr. Adin.

Dengan adanya program pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah, diharapkan akan semakin banyak pasien dengan faktor risiko stroke yang terdeteksi lebih awal.

Dr. Kusdiansyah menambahkan bahwa pemeriksaan otak (brain check-up) disarankan bagi individu berusia di atas 30 tahun, terutama jika memiliki riwayat stroke dalam keluarga.