Progres Perbaikan Tanggul Sungai Regoyo di Lumajang Terhambat Cuaca Ekstrem
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tengah berupaya memulihkan infrastruktur vital yang rusak akibat bencana alam. Perbaikan tanggul di Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, menjadi prioritas utama, namun cuaca ekstrem menjadi penghalang signifikan dalam prosesnya.
Hujan deras yang terus mengguyur kawasan lereng Gunung Semeru dalam beberapa pekan terakhir telah memicu banjir lahar dingin di sepanjang aliran Sungai Regoyo. Akibatnya, perbaikan tanggul Kebondeli menjadi terhambat, dengan material yang telah dipasang kerap tersapu oleh derasnya arus.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati, menyoroti bahwa dari total 280 meter tanggul yang rusak, kini hanya tersisa fondasi tanah tanpa adanya batuan penahan. Upaya perbaikan yang sedang berlangsung pun kerap kali terganggu oleh terjangan banjir lahar dingin.
"Perbaikan tanggul terus berjalan, namun kondisi cuaca ekstrem menyebabkan progresnya tidak sesuai dengan harapan. Material yang dipasang pada siang hari seringkali hilang terbawa hujan," ujar Indah saat meninjau lokasi tanggul Kebondeli.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Provinsi Jawa Timur, Baju Trihaksoro, mengungkapkan bahwa pondasi tanggul yang telah dibangun sedalam 3 meter pun berulang kali hilang tertimbun material pasir dan batu yang dibawa oleh banjir lahar.
"Dalam dua minggu terakhir, progres perbaikan sulit diukur. Pondasi sedalam 3 meter yang telah kami bangun berulang kali tertimbun banjir, dan kami harus memperbaikinya kembali," kata Baju.
Meski menghadapi tantangan cuaca yang berat, Baju tetap optimis bahwa perbaikan Tanggul Kebondeli dapat diselesaikan dalam waktu tiga bulan. Keyakinan ini didasarkan pada perhitungan metode pengerjaan dan ketersediaan bahan batu yang diambil dari lokasi sekitar.
Selain fokus pada perbaikan tanggul, Dinas PU SDA juga melakukan upaya pencegahan dengan membuat penyudetan di tengah sungai. Tujuannya adalah untuk mengarahkan aliran Sungai Regoyo agar menjauhi tanggul yang rusak. Selain itu, krip pengarah arus sepanjang 120 meter juga dipasang di sisi hulu sungai untuk meminimalkan dampak langsung terjangan banjir terhadap tanggul.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 10,5 miliar untuk memperbaiki kerusakan tanggul. Kerusakan tanggul ini tidak hanya mengancam pemukiman warga, tetapi juga lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan masyarakat.
"Anggaran sebesar Rp 10,5 miliar telah dialokasikan. Kerusakan tanggul dapat berdampak signifikan pada rumah dan lahan pertanian warga, sehingga penting untuk segera ditangani," jelas Khofifah.
Khofifah menyadari bahwa kondisi cuaca yang sering hujan menjadi kendala dalam proses pengerjaan tanggul. Namun, ia menekankan bahwa penanganan segera sangat penting untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat yang tinggal di sekitar tanggul.
Oleh karena itu, Khofifah meminta agar penanganan tanggul rusak dilakukan dengan segera, dengan fokus pada pengerjaan hal-hal yang memungkinkan, seperti pengerukan sungai untuk mengarahkan aliran air menjauh dari tanggul.
"Masyarakat akan merasa tidak aman dan nyaman jika harus menunggu musim kemarau. Oleh karena itu, hal-hal yang memungkinkan, seperti pengerukan sungai, harus segera dilakukan," pungkasnya.
Dengan anggaran yang telah dialokasikan dan upaya mitigasi yang terus dilakukan, diharapkan perbaikan tanggul Sungai Regoyo di Lumajang dapat segera diselesaikan, sehingga masyarakat dapat kembali beraktivitas dengan tenang dan aman.