Krisis Pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai: Ekonomi Bengkulu Terguncang, BBM Langka
Aktivitas Pelabuhan Pulau Baai Lumpuh Akibat Pendangkalan
Bengkulu menghadapi tantangan serius akibat pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai. Kondisi ini telah menyebabkan kelumpuhan aktivitas pelabuhan selama hampir tiga bulan, mengganggu rantai pasokan dan perekonomian daerah. Kapal-kapal besar kesulitan bersandar, memaksa mereka untuk lego jangkar di tengah laut.
Terhentinya aktivitas pelabuhan berdampak signifikan pada berbagai sektor. Ekspor dari Bengkulu terhenti, dan warga Pulau Enggano harus menggunakan perahu nelayan untuk mencapai Kota Bengkulu, sebuah perjalanan yang memakan waktu belasan jam.
"Kondisi ini sangat dirasakan oleh warga Enggano. Logistik terhambat, hasil bumi tidak terjual, dan listrik dibatasi akibat keterbatasan bahan bakar karena pelabuhan dangkal," ungkap Alamudin, Kepala Desa Kaana di Pulau Enggano.
Kerugian Pertamina dan Kelangkaan BBM
Pendangkalan pelabuhan juga menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi Pertamina. Menurut Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Doni Swabuana, Pertamina mengalami kerugian sekitar Rp 500 juta per hari. Biasanya, Pertamina mengandalkan jalur laut untuk pengiriman BBM ke Bengkulu, namun kini harus beralih ke jalur darat yang lebih mahal dan kurang efisien.
Gubernur Bengkulu Helmi Hasan membenarkan kerugian tersebut. "Pertamina merugi Rp 500 juta akibat pendangkalan pelabuhan," ujarnya.
Selain kerugian ekonomi, Bengkulu juga menghadapi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Antrean panjang terlihat di SPBU di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma, Kota Bengkulu, dan Bengkulu Tengah. Antrean bahkan mencapai dua kilometer atau lebih.
Upaya Penanggulangan dan Solusi
PT Pelindo berupaya mengatasi masalah pendangkalan dengan mengirimkan kapal keruk dari Batam. Dua kapal besar, CSD Costa Fortuna 3 dan AHT Costa Fortuna 5, sedang dalam perjalanan menuju Pelabuhan Pulau Baai.
"Kami memahami pentingnya alur pelayaran yang optimal bagi aktivitas logistik di Bengkulu. Koordinasi dengan pihak terkait sudah dilakukan, dan kapal keruk dijadwalkan tiba dalam waktu dekat," kata S. Joko, General Manager Pelindo Regional 2 Bengkulu.
Gubernur Helmi Hasan menekankan bahwa masalah kelangkaan BBM bukan hanya disebabkan oleh pendangkalan pelabuhan. Ia menyoroti bahwa antrean panjang di SPBU sudah terjadi bahkan sebelum pendangkalan. Pemerintah Provinsi Bengkulu berencana menyurati Menteri BUMN dan jajaran Direksi Pertamina untuk meminta penambahan kuota BBM. Gubernur juga menyoroti ketimpangan distribusi dan mendorong pengawasan ketat terhadap distribusi BBM bersubsidi, serta memperkuat sistem barcode untuk mencegah penimbunan.
Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan pembelian berlebihan.
"Jangan panik, jangan beli berlebihan. Pemerintah sedang berupaya penuh agar kebutuhan BBM masyarakat segera terpenuhi," tegasnya.
Fauzan, perwakilan Pertamina wilayah Bengkulu, menjelaskan bahwa kelangkaan ini disebabkan oleh terbatasnya suplai BBM yang saat ini hanya dapat dilakukan melalui jalur darat dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, dan Jambi. Distribusi dari Palembang ke Lubuk Linggau menggunakan kereta api mengalami kendala operasional, menyebabkan kekosongan stok di Lubuk Linggau.