Rupiah Terangkat Sentimen Global: Dolar AS Tertekan Kebijakan Tarif Kontroversial Trump

Rupiah Terangkat Sentimen Global: Dolar AS Tertekan Kebijakan Tarif Kontroversial Trump

Nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif terhadap dolar Amerika Serikat, didorong oleh sentimen pasar global yang merespons kebijakan tarif yang diusung oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Analis keuangan menyoroti bahwa pelemahan dolar AS saat ini lebih disebabkan oleh kekhawatiran terhadap kebijakan tarif yang diinisiasi oleh Trump.

Trump sebelumnya mengindikasikan bahwa diskusi tarif dengan Uni Eropa menemui jalan buntu. Ia bahkan mengusulkan penerapan tarif sebesar 50 persen terhadap produk-produk Eropa, yang semula dijadwalkan berlaku mulai 1 Juni 2025. Alasan di balik usulan tarif ini adalah tudingan Trump bahwa Uni Eropa menyebabkan defisit perdagangan yang signifikan bagi Amerika Serikat, mencapai lebih dari 250 juta dolar AS per tahun. Trump menuding praktik-praktik seperti hambatan perdagangan, sanksi terhadap perusahaan, manipulasi mata uang, dan tuntutan hukum sebagai penyebab utama defisit tersebut.

Namun, beberapa hari setelah ancaman tarif tersebut dilontarkan, Trump menunda implementasinya hingga 9 Juli. Ketidakpastian ini semakin memicu volatilitas di pasar mata uang.

Dari perspektif domestik, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dinilai sebagai langkah yang tepat waktu. Penurunan suku bunga diharapkan dapat memberikan stimulus bagi perekonomian nasional yang sedang menghadapi tantangan.

Ekonomi Indonesia dinilai masih memerlukan penguatan, dan tingkat inflasi yang rendah tidak ideal jika suku bunga tetap tinggi karena adanya tekanan dari penguatan dolar AS. Dengan meredanya tekanan terhadap dolar, BI diharapkan memiliki ruang untuk terus menurunkan suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp16.100 hingga Rp16.250 per dolar AS. Pada awal perdagangan hari Senin, rupiah mencatatkan penguatan sebesar 43 poin atau 0,27 persen, mencapai level Rp16.175 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi sebelumnya di Rp16.218 per dolar AS.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan Rupiah:

  • Kebijakan Tarif AS: Ancaman dan penundaan implementasi tarif oleh AS memicu ketidakpastian pasar.
  • Kebijakan Moneter BI: Penurunan suku bunga oleh BI diharapkan dapat menstimulus ekonomi domestik.
  • Kondisi Ekonomi Global: Sentimen pasar terhadap kebijakan ekonomi global, khususnya AS dan Eropa, turut mempengaruhi pergerakan Rupiah.