Kabut Asap Ancam Keindahan Himalaya: Pemandangan Ikonik Terhalang Polusi

Kabut Asap Ancam Keindahan Himalaya: Pemandangan Ikonik Terhalang Polusi

Pegunungan Himalaya, rumah bagi puncak tertinggi di dunia dan panorama yang menakjubkan, kini menghadapi ancaman serius. Kabut asap tebal yang menyelimuti kawasan tersebut semakin mempersulit wisatawan dan penduduk lokal untuk menikmati keindahan alam yang dulunya mudah diakses. Pemandangan ikonik yang sering diabadikan dalam foto dan lukisan kini terhalang oleh polusi udara yang memburuk.

Seorang warga Kathmandu yang rindu akan pemandangan Himalaya, mengungkapkan kekecewaannya karena setiap kunjungannya ke kota kelahirannya selalu disambut dengan kabut tebal. Bahkan di musim semi dan musim gugur yang biasanya cerah, polusi udara tetap menjadi masalah utama. Kondisi ini diperparah oleh jarak pandang yang semakin pendek, yang memaksa penerbangan untuk berputar-putar sebelum mendarat.

Industri pariwisata yang bergantung pada keindahan Himalaya juga merasakan dampaknya. Yogendra Shakya, pemilik hotel di Nagarkot, terpaksa mengubah promosi tempatnya karena pemandangan matahari terbit, terbenam, dan Gunung Himalaya yang dulu menjadi daya tarik utama, kini sulit dinikmati. Pemandu wisata seperti Lucky Chhetri mengalami penurunan bisnis hingga 40% karena ketidakmampuan mereka untuk menunjukkan Himalaya kepada para pendaki akibat kabut.

Seorang turis asal Australia yang telah sering mengunjungi Nepal sejak 1986, menyatakan kekecewaannya atas perubahan yang terjadi. Baginya, tidak melihat gunung merupakan kekecewaan besar. Ketua Asosiasi Agen Pendakian Nepal di Provinsi Gandaki juga mengungkapkan keprihatinannya atas frustrasi para operator pendakian yang kehilangan bisnis akibat kabut.

Kondisi serupa juga terjadi di wilayah India yang berdekatan dengan Himalaya. Pemilik hotel dan operator tur melaporkan kabut asap yang lebih pekat dan datang lebih cepat dari sebelumnya. Meskipun demikian, wisatawan tetap datang dengan harapan dapat melihat pegunungan tersebut di lain waktu.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa kabut asap tersebut merupakan campuran dari polutan seperti debu dan partikel asap kebakaran, yang mengurangi jarak pandang secara signifikan. Kondisi ini diperburuk oleh perubahan iklim yang menyebabkan musim kemarau lebih panjang. Inversi termal juga memerangkap polutan dan membatasi pergerakan udara vertikal, sehingga mencegah penyebaran polusi.

Someshwor Das dari Asosiasi Meteorologi Asia Selatan memperingatkan bahwa kabut asap dan badai debu akan terus meningkat di Asia Selatan akibat perubahan iklim dan faktor lainnya. Data dari bandara Pokhara menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah hari berkabut dari tahun 2020 hingga 2024.

Para ahli meyakini bahwa Pegunungan Himalaya merupakan salah satu pegunungan yang paling parah terkena dampak polusi di dunia. Akibatnya, pemandangan Himalaya yang gemilang kini sebagian besar hanya bisa dinikmati melalui media seperti foto, lukisan, dan kartu pos. Para pelaku bisnis pariwisata merasa bersalah karena tidak dapat memberikan pengalaman yang dijanjikan kepada klien mereka.

Berikut adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini:

  • Emisi kendaraan dan industri
  • Debu dari pembangunan infrastruktur dan jalan berbatu yang kering
  • Pembakaran sampah secara terbuka
  • Kebakaran hutan
  • Pembakaran sisa tanaman pascapanen
  • Perubahan iklim

Upaya kolektif diperlukan untuk mengatasi masalah polusi udara ini dan melindungi keindahan Himalaya untuk generasi mendatang.