Eksistensi Kuliner Non-Halal di Solo: Antara Tradisi dan Kewaspadaan Konsumen Muslim
Solo, kota budaya yang kaya akan tradisi kuliner, menyimpan sisi lain yang perlu dicermati, terutama bagi konsumen Muslim. Di balik gemerlapnya hidangan khas, tersembunyi berbagai sajian non-halal yang telah lama menjadi bagian dari khazanah kuliner lokal. Kehadirannya menjadi perhatian khusus setelah mencuatnya kasus restoran ayam goreng legendaris yang menggunakan minyak babi dalam proses pembuatannya.
Keberadaan kuliner non-halal di Solo umumnya dapat ditemukan di warung-warung kaki lima yang sederhana. Tanpa papan nama yang mencolok, tempat-tempat ini menawarkan hidangan yang mungkin asing bagi sebagian orang, namun memiliki pelanggan setia yang telah mengenal cita rasanya sejak lama. Bagi konsumen Muslim, penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang istilah dan jenis makanan yang perlu dihindari. Berikut adalah beberapa contoh kuliner non-halal yang umum ditemukan di Solo:
- Sengsu: Tongseng daging anjing, kuliner ekstrem ini memiliki sejarah panjang di Solo. Istilah "sengsu" sendiri merupakan akronim dari "Tongseng Asu," di mana "asu" dalam bahasa Jawa berarti anjing. Warung-warung yang menjual sengsu biasanya tidak terlalu mencolok, namun hidangan ini tetap memiliki penggemar tersendiri. Penyajiannya mirip dengan tongseng kambing, lengkap dengan kol dan kuah yang kaya rempah.
- Sate Jamu: Nama samaran untuk sate daging anjing. Penggunaan istilah "jamu" bertujuan untuk mengelabui pembeli yang tidak familiar dengan hidangan ini. Sate jamu disajikan dengan bumbu kecap, acar bawang, dan irisan tomat, serupa dengan sate kambing pada umumnya. Selain sate jamu, hidangan ini juga dikenal dengan sebutan sate guguk.
- Saren (Dideh/Marus): Olahan darah hewan yang dikukus hingga mengeras. Saren dapat terbuat dari darah sapi, ayam, atau bahkan babi. Teksturnya yang kenyal menjadikannya pelengkap populer untuk berbagai hidangan seperti soto, sate, dan opor. Saren biasanya disajikan di meja makan, memungkinkan pelanggan untuk mengambilnya sesuai selera. Di daerah lain, hidangan ini dikenal dengan sebutan dideh atau marus.
- Babi Kuah: Hidangan berkuah yang terbuat dari daging babi dan jeroan. Babi kuah dimasak dengan kuah kaldu yang kaya rempah, memberikan cita rasa yang khas dan menghangatkan. Beberapa warung juga menambahkan jeroan babi seperti jantung, paru, usus, dan saren babi sebagai pelengkap.
Keberadaan kuliner non-halal di Solo merupakan bagian dari keragaman budaya dan tradisi kuliner setempat. Namun, penting bagi konsumen Muslim untuk tetap berhati-hati dan memiliki informasi yang cukup agar dapat memilih makanan yang sesuai dengan keyakinan mereka. Dengan meningkatnya kesadaran dan pengetahuan, diharapkan konsumen dapat menikmati kekayaan kuliner Solo dengan tenang dan nyaman.