Satire dalam Bingkai Kartun: Pameran 'Mice' di Bentara Budaya Kupas Kritik Sosial Lewat Humor
Kritik Sosial yang Menggelitik: Pameran Kartun Mice di Bentara Budaya
Pameran bertajuk "Melihat Indonesia lewat Mata Jenaka Mice" yang digelar di Bentara Budaya Jakarta pada Jumat, 23 Mei 2025, menawarkan perspektif unik tentang kritik sosial. Alih-alih disampaikan secara vulgar, kritik dikemas dalam balutan satire dan humor melalui karya-karya kartun. Pendekatan ini memberikan angin segar dalam menyampaikan pesan-pesan penting kepada masyarakat.
Misrad, seniman karikaturis yang lebih dikenal dengan nama pena Mice, menegaskan bahwa satire dan humor merupakan cara yang efektif dan aman untuk menyampaikan kritik kepada pemerintah. Ia menekankan bahwa penggunaan kartun dapat mempermudah pemahaman masyarakat terhadap isu-isu kompleks.
"Betul, untuk meringankan peristiwa yang berat, permasalahan yang berat, penyampaian yang berat, dengan cara kartun paling pas," ujar Mice.
Menurut Mice, esensi dari kartun sebagai media kritik terletak pada kemampuannya untuk menyajikan isu-isu sensitif dengan cara yang lebih ringan dan menghibur.
Awal Mula Berkarya: Kritik Tukang Pos
Mice bercerita tentang karya pertamanya, sebuah kartun yang menggambarkan seorang petugas pos. Jauh sebelum karyanya menghiasi halaman koran Kompas dan dibukukan, Mice membuat kartun tersebut saat masih duduk di bangku SMA.
Kala itu, petugas pos masih mengantarkan surat secara manual, menggunakan sepeda. Mice menggambarkan seorang tukang pos yang sedang beristirahat di bawah pohon sambil membuka dan membaca surat-surat yang seharusnya ia antarkan.
"Aku dengan isengnya menggambarkan tukang pos itu istirahat di bawah pohon, dia bukain semua surat-surat orang, dia baca," kenangnya.
Kartun tersebut, meski dibalut dengan humor, menyampaikan pesan tentang potensi pelanggaran privasi oleh petugas pos. Namun, karya tersebut justru menuai protes dari pihak Pos, yang khawatir kartun tersebut dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap layanan pos.
Mice menjelaskan bahwa kritik sosial dalam karyanya bukanlah tujuan awal, melainkan berkembang seiring dengan perjalanan kreatifnya.
Batasan dalam Berkarya
Pameran "Melihat Indonesia lewat Mata Jenaka Mice" juga menyoroti pentingnya batasan dalam berkarya. Meskipun seorang seniman memiliki kebebasan untuk mengkritisi berbagai isu sosial, Mice menekankan perlunya filter dan batasan diri.
"Diri kita harus punya filter juga. Kalau di media kan tidak boleh SARA, tidak menghina, dan mencaci maki," jelasnya.
Mice berpendapat bahwa kebebasan dalam berkarya harus diimbangi dengan tanggung jawab dan etika. Batasan diperlukan, baik dalam idealisme pribadi maupun dalam medium penyampaian pesan.
"Harus ada batasan, enggak boleh lah orang enggak ada batasan," tegasnya.
Dengan demikian, pameran ini tidak hanya menampilkan karya-karya kartun yang jenaka dan kritis, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merenungkan peran seni dalam mengkritisi isu sosial serta pentingnya etika dan batasan dalam berekspresi.