Perayaan Satu Abad Seni Geisha: Festival Azuma Odori Semarakkan Tokyo

Tokyo kembali menjadi panggung bagi perayaan akbar seni tradisional Jepang, dengan digelarnya Festival Azuma Odori yang ke-100. Festival tahunan ini, yang berpusat di Teater Shinbashi Enbujo, menjadi wadah bagi para geisha dari berbagai pelosok Jepang untuk menampilkan keindahan dan keanggunan seni pertunjukan mereka.

Lebih dari 180 geisha dari 19 distrik hadir dalam perhelatan yang berlangsung selama tujuh hari ini. Mereka akan memamerkan keahliannya dalam menari, bernyanyi, dan memainkan alat musik tradisional shamisen. Festival ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya geisha kepada masyarakat luas, baik di Jepang maupun di mancanegara.

Azuma Odori sendiri berakar pada era Meiji, periode penting dalam sejarah Jepang yang menyaksikan modernisasi dan pembukaan diri terhadap dunia luar. Pada masa itu, seni tari menjadi bagian tak terpisahkan dari pertunjukan geisha, yang kala itu sering menghibur para pejabat pemerintah dalam jamuan makan malam. Hisafumi Iwashita, seorang penulis yang mendalami budaya geisha, berpendapat bahwa para geisha memainkan peran penting dalam membentuk budaya modern Jepang.

Namun, industri geisha mengalami masa sulit pada tahun 1993, ketika Perdana Menteri Morihiro Hosokawa menyerukan penghentian jamuan pemerintah di restoran ryotei. Hal ini berdampak signifikan pada pendapatan para geisha, yang sebagian besar berasal dari kalangan elite kaya Jepang. Jumlah geisha pun semakin menyusut dari tahun ke tahun.

Koiku, seorang geisha senior dari Shinbashi, mengungkapkan kekhawatirannya tentang masa depan tradisi geisha. Ia mengatakan bahwa jumlah geisha di Shinbashi telah menurun drastis, dari 100 menjadi hanya 40 orang. Padahal, menjadi seorang geisha membutuhkan waktu dan dedikasi yang tinggi, dengan pelatihan ketat selama bertahun-tahun.

Dalam festival Azuma Odori, para geisha tidak hanya menampilkan pertunjukan yang memukau, tetapi juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk lebih memahami peran dan fungsi geisha yang sebenarnya. Geisha bukanlah sekadar wanita penghibur, melainkan seniman yang terlatih dalam berbagai seni tradisional Jepang. Mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang budaya, sejarah, dan adat istiadat Jepang.

Festival ini juga menjadi ajang bagi para geisha untuk berinteraksi dengan sesama seniman dan saling bertukar pengalaman. Mereka dapat belajar dari satu sama lain dan mengembangkan kemampuan mereka. Selain itu, festival ini juga dapat menarik minat generasi muda untuk menjadi geisha, sehingga tradisi ini dapat terus hidup dan berkembang di masa depan.

Di tengah modernisasi dan globalisasi, tradisi geisha mungkin tampak kuno dan tidak relevan. Namun, festival Azuma Odori membuktikan bahwa seni tradisional ini masih memiliki daya tarik dan nilai yang tinggi. Festival ini adalah pengingat bahwa Jepang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

Dalam latihan persiapan Azuma Odori, para geisha terlihat anggun dan mempesona dalam balutan kimono dan kipas kertas. Mereka berlatih dengan tekun di bawah arahan pelatih dan iringan musik live. Gerakan mereka yang gemulai dan ekspresi wajah mereka yang penuh makna mencerminkan dedikasi mereka terhadap seni geisha.

Koiku berharap bahwa melalui festival Azuma Odori, masyarakat dapat lebih menghargai dan memahami tradisi geisha. Ia juga berharap bahwa akan ada lebih banyak orang yang tertarik untuk mempelajari seni ini, sehingga tradisi ini dapat terus hidup dan berkembang di masa depan.