Kemitraan Ojol dan Aplikasi: Kurir Keluhkan Transparansi Bagi Hasil Layanan Antar Barang

Gelombang keluhan terkait sistem bagi hasil antara penyedia aplikasi dan mitra pengemudi ojek online (ojol), khususnya dalam layanan pengiriman barang sameday, semakin menguat. Para pengemudi merasa ada ketidakjelasan dalam pembagian pendapatan yang mereka terima, seringkali tidak sesuai dengan tarif yang dibayarkan oleh konsumen.

Ridwan, seorang pengemudi ojol berpengalaman di Jakarta Pusat, menuturkan bahwa pembagian hasil antara dirinya dan aplikator terasa tidak menentu. Terkadang, ia mendapatkan bagian yang lebih besar, namun di lain waktu, aplikator yang mendominasi. Ia mencontohkan, untuk pengiriman dengan tarif Rp 200.000, ia hanya menerima Rp 160.000. Namun, ada kalanya ia hanya menerima separuh dari jumlah tersebut. "Algoritma yang digunakan aplikator tidak transparan. Kami tidak tahu pasti berapa potongan yang dikenakan," ujarnya.

Keluhan serupa juga dilontarkan oleh Fadli, rekan seprofesi Ridwan. Ia mengungkapkan bahwa penghasilannya dari satu pengantaran sameday berkisar antara Rp 8.000 hingga Rp 15.000, tergantung jarak tempuh. Namun, selisih yang signifikan dengan tarif yang dibayarkan pelanggan, yang bisa mencapai puluhan ribu rupiah, menimbulkan pertanyaan besar. "Pelanggan bayar Rp 40.000, kami cuma dapat Rp 12.000. Ke mana sisanya? Jelas ke aplikator," keluhnya.

Selain persoalan pembagian hasil yang tidak transparan, Ridwan juga menyoroti masalah lain dalam pengantaran barang, yaitu ketidaksesuaian antara data yang diinput pelanggan dengan kondisi barang yang sebenarnya. Ia pernah mengalami kasus di mana berat barang yang tertera di aplikasi hanya 1 kilogram, namun kenyataannya melebihi 2 kilogram. Hal ini tentu saja berdampak pada keselamatan dan kenyamanan pengemudi.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Ridwan dan Fadli tetap menekuni profesi ini sebagai sumber penghasilan utama. Mereka menyadari bahwa sistem yang berlaku saat ini belum ideal, namun belum ada alternatif pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Rata-rata, mereka mampu membawa pulang Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari, dengan mengorbankan waktu, tenaga, dan kenyamanan.

Tantangan dan Harapan:

Terlepas dari permasalahan yang ada, para pengemudi ojol berharap agar sistem bagi hasil dengan aplikator dapat ditinjau kembali. Mereka menginginkan adanya transparansi dan keadilan dalam pembagian pendapatan, sehingga jerih payah mereka dihargai dengan sepantasnya. Selain itu, mereka juga berharap agar pihak aplikator dapat meningkatkan pengawasan terhadap data barang yang diinput oleh pelanggan, demi keselamatan dan kenyamanan pengemudi.

Berikut poin penting yang menjadi keluhan pengemudi Ojol:

  • Transparansi Bagi Hasil: Ketidakjelasan dalam sistem pembagian pendapatan antara pengemudi dan aplikator.
  • Ketidaksesuaian Tarif: Selisih signifikan antara tarif yang dibayarkan pelanggan dengan pendapatan yang diterima pengemudi.
  • Data Barang Tidak Akurat: Ketidaksesuaian antara data barang di aplikasi dengan kondisi barang yang sebenarnya.
  • Kesejahteraan Pengemudi: Harapan akan sistem yang lebih adil dan transparan demi meningkatkan kesejahteraan pengemudi.