Investasi Sektor Kelistrikan Nasional Dibuka Lebar, Potensi Rp 2.967 Triliun Menanti
markdown Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034. Peluncuran ini menandai babak baru dalam pengembangan infrastruktur kelistrikan di Indonesia, dengan membuka peluang investasi yang sangat signifikan, mencapai angka Rp 2.967,4 triliun.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam keterangan resminya menyampaikan bahwa investasi tersebut akan dialokasikan untuk berbagai sektor dalam ekosistem kelistrikan. Rinciannya, sekitar Rp 2.133,7 triliun akan digunakan untuk pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik. Selanjutnya, Rp 565,3 triliun dialokasikan untuk penyaluran energi, termasuk transmisi dan gardu induk. Sisa investasi, sebesar Rp 268,4 triliun, akan dimanfaatkan untuk modernisasi jaringan melalui implementasi smart grid dan inisiatif lainnya yang mendukung efisiensi dan keandalan pasokan listrik.
Pengembangan infrastruktur kelistrikan ini akan dilaksanakan secara bertahap selama 10 tahun, dengan pembagian periode lima tahunan. Pada periode pertama, yaitu 2025-2029, potensi investasi yang tersedia mencapai Rp 1.173,94 triliun. Sementara itu, periode kedua, yaitu 2030-2034, menawarkan peluang investasi yang lebih besar, yaitu Rp 1.793,48 triliun. Pembagian periode ini bertujuan untuk memastikan kesinambungan pembangunan dan menghindari tumpang tindih proyek.
Salah satu fokus utama dalam RUPTL ini adalah peningkatan partisipasi sektor swasta dalam penyediaan listrik. Dari total investasi Rp 2.133,7 triliun yang dialokasikan untuk pembangkit listrik, sekitar 73% atau Rp 1.566,1 triliun ditujukan untuk Independent Power Producer (IPP). Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendorong investasi swasta dalam sektor energi, khususnya energi baru terbarukan (EBT).
Mayoritas investasi swasta di sektor pembangkit listrik akan diarahkan untuk pengembangan EBT, dengan alokasi sebesar Rp 1.341,8 triliun. Sementara itu, sisanya sebesar Rp 224,3 triliun akan dialokasikan untuk pembangkit non-EBT. PLN sendiri akan menginvestasikan Rp 567,67 triliun dalam pembangkit listrik, dengan alokasi Rp 340,6 triliun untuk EBT dan Rp 227 triliun untuk non-EBT.
RUPTL 2025-2034 menargetkan peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW. Komposisi pembangkit akan didominasi oleh EBT sebesar 42,6 GW, diikuti oleh penyimpanan energi (storage) sebesar 10,3 GW, dan pembangkit fosil sebesar 16,6 GW. Dengan demikian, sekitar 76% dari penambahan kapasitas pembangkit akan berasal dari sumber energi terbarukan.
Komitmen terhadap energi bersih ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai target net zero emission dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Investasi besar-besaran dalam sektor kelistrikan, khususnya EBT, diharapkan dapat meningkatkan akses listrik bagi seluruh masyarakat Indonesia, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.