TNI Akan Evaluasi dan Perbaiki SOP Pemusnahan Amunisi Pasca-Ledakan di Garut

Pasca-insiden ledakan amunisi saat proses pemusnahan di Garut yang menelan korban jiwa, Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan merevisi Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait pemusnahan amunisi dan bahan peledak yang sudah tidak layak pakai.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Agus Subiyanto menyatakan, langkah ini diambil sebagai upaya untuk meningkatkan keamanan personel yang bertugas dalam proses pemusnahan dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. "Ini menjadi masukan berharga bagi kami. SOP akan kami perbaiki agar personel yang bertugas dalam pemusnahan amunisi dapat bekerja dengan aman. Kami akan melakukan koreksi internal. Semoga kejadian serupa tidak terulang," kata Jenderal Agus usai rapat tertutup dengan Komisi I DPR RI.

Kasad menjelaskan bahwa selama ini proses pemusnahan amunisi dilakukan dengan mengikuti prosedur administrasi yang ketat, mulai dari satuan pengguna hingga Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Selain itu, lokasi pemusnahan dipilih di area yang jauh dari pemukiman penduduk untuk meminimalkan risiko terhadap masyarakat sipil. "Lokasi pemusnahan harus jauh dari perkampungan. Lokasi di Garut itu sudah cukup jauh dari pemukiman," ujarnya.

Namun, Kasad mengakui bahwa amunisi dan bahan peledak yang sudah kedaluwarsa memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi dan lebih mudah meledak. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian ekstra dalam proses pemusnahannya. "Amunisi yang sudah expired memang lebih mudah meledak, sehingga membutuhkan kehati-hatian," tegasnya.

Insiden ledakan di Garut terjadi pada tanggal 12 Mei 2025, di Pantai Cibalong, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, saat proses pemusnahan amunisi yang sudah tidak layak pakai. Menurut keterangan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, ledakan terjadi di salah satu lubang sumur yang digunakan untuk memusnahkan amunisi afkir.

Sebelumnya, tim dari Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi pada pukul 09.30 WIB. "Pada awal kegiatan, telah dilaksanakan pengecekan terhadap personel dan lokasi, dan semuanya dinyatakan aman," jelas Brigjen Wahyu dalam konferensi pers.

Proses pemusnahan dilakukan dengan menempatkan amunisi di dua lubang sumur yang telah disiapkan. Peledakan di kedua sumur tersebut berjalan lancar dan aman. Namun, saat tim penyusun amunisi sedang menyusun detonator di lubang sumur ketiga yang digunakan untuk menghancurkan detonator sisa, tiba-tiba terjadi ledakan yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia. Insiden ini menjadi perhatian serius bagi TNI dan mendorong dilakukannya evaluasi menyeluruh terhadap SOP pemusnahan amunisi.