TNI Akui Kelalaian, Warga Sipil Dilibatkan dalam Pemusnahan Amunisi di Garut
TNI Akui Kelalaian dalam Proses Pemusnahan Amunisi di Garut
TNI mengakui adanya kelalaian yang menyebabkan warga sipil turut serta dalam proses pemusnahan amunisi dan bahan peledak yang sudah kedaluwarsa di Garut, Jawa Barat. Pengakuan ini disampaikan setelah rapat tertutup dengan Komisi I DPR RI.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menegaskan bahwa keterlibatan warga sipil dalam pemusnahan amunisi merupakan sebuah kesalahan. Menurutnya, prosedur standar tidak memperbolehkan partisipasi warga sipil dalam kegiatan berbahaya semacam itu.
"Pada prinsipnya, kami tidak melibatkan warga sipil dalam pemusnahan bahan peledak yang sudah expired," ujar Jenderal Agus.
Lebih lanjut, Jenderal Agus menjelaskan bahwa warga sipil yang berada di lokasi pemusnahan amunisi tersebut sebenarnya bertugas sebagai penyedia konsumsi bagi para prajurit TNI yang bertugas. Mereka adalah juru masak dan pegawai yang bekerja di sekitar lokasi pemusnahan.
"Sebenarnya masalah sipil itu tukang masak dan pegawai di situ," imbuhnya.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Maruli Simanjuntak menambahkan bahwa warga sipil tersebut selama ini mendapatkan penghasilan tambahan dengan menyediakan makanan dan minuman bagi personel TNI. Namun, keterlibatan mereka dalam proses pemusnahan amunisi dinilai sebagai sebuah pelanggaran prosedur.
"Iya jadinya gitu, dulunya kan masak-masak, dibayar honor gitu. Jadi dulunya bersih-bersih, tidak sampai mengantar (amunisi dan alat peledak). Inilah keteledoran-keteledoran, inilah yang kita tetap akan evaluasi," jelas KSAD Maruli.
TNI berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap prosedur pemusnahan amunisi agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Evaluasi ini akan mencakup peninjauan kembali standar operasional prosedur (SOP) dan peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pemusnahan amunisi.
Kronologi Insiden Ledakan
Insiden ledakan yang berasal dari kegiatan pemusnahan amunisi yang sudah tidak layak pakai terjadi di Pantai Cibalong, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, pada 12 Mei 2025. Ledakan tersebut menewaskan 13 orang.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menjelaskan bahwa ledakan terjadi di salah satu lubang yang digunakan untuk memusnahkan amunisi.
Menurut Brigjen TNI Wahyu, sebelum pelaksanaan pemusnahan, tim dari Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi pada pukul 09.30 WIB. Hasil pengecekan menunjukkan bahwa personel dan lokasi dalam keadaan aman.
"Pada awal kegiatan secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan dan semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," kata Brigjen TNI Wahyu.
Setelah pengecekan, tim penyusun amunisi dari TNI AD mulai melakukan persiapan pemusnahan di dua lubang sumur yang telah disiapkan sebelumnya. Tim kemudian menempatkan diri di pos masing-masing untuk melakukan pengamanan.
Proses peledakan amunisi di dua lubang sumur tersebut berhasil dilakukan dengan aman dan terkendali.
"Peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," ujarnya.
Namun, masalah muncul ketika tim penyusun amunisi melakukan pemusnahan detonator di lubang sumur yang berbeda. Saat detonator dimasukkan ke dalam lubang, tiba-tiba terjadi ledakan yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia.
"Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," pungkas Brigjen TNI Wahyu.