Tumpukan Limbah Kulit Kerang Cemari Pesisir Cilincing, Warga Andalkan Proses Alami

Gunungan limbah kulit kerang mencemari pesisir pantai di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Praktik pembuangan limbah ini telah berlangsung puluhan tahun, di mana warga setempat beranggapan bahwa tumpukan tersebut akan terkikis secara alami oleh ombak laut.

Warga di sekitar Jalan Kalibaru Barat VI E, Cilincing, secara rutin membuang sisa-sisa kulit kerang hasil budidaya ke area pantai. Seorang warga bernama Mul mengungkapkan bahwa tradisi ini sudah ada sejak lama dan menjadi bagian dari keseharian masyarakat pesisir. "Biasanya nanti kena ombak akan terkikis sendiri dan terbawa ombak," ujarnya, menggambarkan keyakinan warga akan kekuatan alam untuk mengatasi masalah limbah ini.

Namun, kondisi lingkungan sekitar mengalami perubahan signifikan sejak tahun 2018. Pembangunan tanggul laut di sepanjang Jalan Kalibaru berdampak pada pola aliran air dan kemampuan ombak untuk membersihkan pantai. Akibatnya, limbah kulit kerang tidak lagi hanyut ke laut lepas, melainkan menumpuk dan membentuk gunungan setinggi lima meter di bibir pantai.

Luas area pantai yang tertutup oleh tumpukan kulit kerang diperkirakan mencapai 500 meter. Meskipun demikian, para nelayan dan warga setempat tidak merasa khawatir dengan kondisi ini. Mereka tetap berharap bahwa limbah tersebut akan terurai secara alami dan berubah menjadi pasir. "Makanya nelayan di sini enggak akan khawatir, itu kikisannya akan jadi seperti pasir," kata Mul, mengungkapkan optimisme warga.

Alasan lain yang mendasari praktik pembuangan limbah ke pantai adalah keterbatasan ruang dan fasilitas pengolahan sampah. Warga mengaku kesulitan untuk membuang limbah kulit kerang di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) karena jumlahnya yang sangat banyak dan dihasilkan setiap hari dari aktivitas budidaya kerang. Selain itu, limbah kulit kerang dianggap tidak cocok untuk ditampung di TPS karena sifatnya yang berbeda dengan sampah rumah tangga pada umumnya.

Tradisi membuang limbah kulit kerang ke pantai di Cilincing telah berlangsung lama, bahkan sebelum sebagian besar warga saat ini lahir. Seiring berjalannya waktu, perubahan lingkungan dan keterbatasan infrastruktur telah menyebabkan masalah penumpukan limbah yang semakin serius. Diperlukan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah ini, termasuk pengelolaan limbah yang lebih baik, edukasi masyarakat, dan penegakan hukum lingkungan.

Penumpukan limbah kulit kerang di pesisir Cilincing bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Kondisi pantai yang tercemar dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, mata pencaharian nelayan, dan potensi pariwisata di wilayah tersebut. Oleh karena itu, penanganan masalah ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Pemerintah daerah perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah penumpukan limbah kulit kerang di Cilincing. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  • Membangun fasilitas pengolahan limbah kulit kerang yang modern dan efisien.
  • Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada warga tentang cara mengelola limbah kulit kerang dengan benar.
  • Melakukan penegakan hukum terhadap pelaku pembuangan limbah ilegal.
  • Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
  • Mengembangkan program-program inovatif untuk memanfaatkan limbah kulit kerang sebagai bahan baku produk bernilai ekonomi.

Dengan tindakan yang tepat, masalah penumpukan limbah kulit kerang di Cilincing dapat diatasi dan pantai dapat kembali menjadi lingkungan yang bersih, sehat, dan produktif.