Lokasi Pemusnahan Amunisi TNI di Garut: Dulu Terpencil, Kini Dikelilingi Pemukiman
Pemusnahan amunisi yang dilakukan TNI di Desa Sagara, Garut, Jawa Barat, kini menjadi sorotan. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, mengungkapkan bahwa lokasi yang dulunya terpencil, kini semakin dekat dengan pemukiman warga.
"Dulu, lokasi ini benar-benar berada di tengah-tengah area kosong, jauh dari mana pun," ujar Mayjen Kristomei. Namun, pertumbuhan populasi telah mengubah lanskap wilayah tersebut. "Seiring perkembangan penduduk, pemukiman warga semakin mendekat. Kehadiran satuan TNI di wilayah itu, yang dulunya jauh dari keramaian, lambat laun menarik minat masyarakat untuk bermukim di sekitarnya," tambahnya.
Ratusan warga Desa Sagara kini tinggal dalam radius kurang dari 3 kilometer dari lokasi pemusnahan amunisi. Perjanjian terkait lokasi tersebut sebenarnya telah ada sejak tahun 1985. Namun, semakin dekatnya pemukiman warga menjadi tantangan tersendiri bagi TNI. Oleh karena itu, Kapuspen TNI menekankan pentingnya sinkronisasi antara pemerintah daerah dan satuan TNI dalam perencanaan tata ruang wilayah.
"Tujuannya adalah agar pembangunan tidak terhambat karena relokasi yang terus-menerus akibat masyarakat yang semakin mendekat. Perlu ada kejelasan mengenai zona perumahan dan zona latihan. Sinkronisasi antara pemerintah daerah dan TNI sangat penting dalam hal ini," tegas Kristomei.
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Maruli Simanjuntak menambahkan bahwa pihaknya akan mengevaluasi lokasi pemusnahan amunisi, mengingat kedekatannya dengan pemukiman warga. Kedekatan ini, menurutnya, membuat masyarakat cenderung terlibat dalam kegiatan pemusnahan, yang berpotensi menimbulkan risiko.
"Saat ini, pemukiman sudah sangat dekat, dan masyarakat cenderung ikut serta dalam kegiatan tersebut. Awalnya, mungkin hanya membantu memasak, namun akhirnya keterlibatan mereka semakin meningkat. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa kami perlu mengevaluasi lokasi ini," jelas Kasad.
Namun, Maruli belum dapat memastikan apakah lokasi pemusnahan akan dipindahkan atau tidak. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya tidak ada masalah dengan pemusnahan amunisi kedaluwarsa. Insiden ledakan akibat kesalahan prosedur baru kali ini terjadi.
"Sebenarnya, lokasi ini bisa saja tetap digunakan. Sejak tahun 1985, tidak ada masalah. Insiden ledakan yang menimbulkan risiko baru terjadi sekali ini setelah lebih dari 35 tahun. Namun, tentu saja, evaluasi akan tetap kami lakukan," tandasnya.
Tragedi Pemusnahan Amunisi
Insiden ledakan yang terjadi di lokasi pemusnahan amunisi di Pantai Cibalong, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, pada 12 Mei 2025 lalu, bermula dari pemusnahan amunisi yang tidak layak pakai. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menjelaskan bahwa ledakan terjadi di salah satu lubang amunisi afkir.
Menurutnya, sebelum kegiatan pemusnahan, tim dari Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI AD telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi pada pukul 09.30 WIB. "Pada awal kegiatan, seluruh prosedur pengecekan personel dan lokasi peledakan telah dilaksanakan, dan semuanya dinyatakan aman," ujar Wahyu dalam konferensi pers.
Tim penyusun amunisi kemudian melakukan persiapan pemusnahan di dua lubang sumur yang telah disiapkan. Setelah itu, tim menempati pos masing-masing untuk melaksanakan pengamanan. Peledakan amunisi afkir di kedua lubang sumur tersebut berhasil dilakukan dengan aman.
"Peledakan di kedua sumur berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," kata Wahyu.
Namun, terdapat satu lubang sumur lain yang digunakan untuk menghancurkan detonator, termasuk sisa detonator dari amunisi yang tidak layak pakai. "Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, tiba-tiba terjadi ledakan yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," pungkas Wahyu.