RUPTL 2025-2034 Diproyeksikan Serap Jutaan Tenaga Kerja dan Tarik Investasi Triliunan Rupiah

RUPTL 2025-2034 Diproyeksikan Serap Jutaan Tenaga Kerja dan Tarik Investasi Triliunan Rupiah

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 bukan sekadar memperkuat transisi energi nasional, tetapi juga diproyeksikan menjadi katalisator utama dalam menciptakan lapangan kerja yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa implementasi RUPTL ini berpotensi menyerap hingga 1,7 juta tenaga kerja.

"RUPTL ini akan menyerap tenaga kerja kurang lebih sekitar 1,7 juta, dengan tujuan utama agar Indonesia terang benderang," ujar Bahlil dalam konferensi pers mengenai RUPTL PT PLN (Persero) Tahun 2025-2034 di Jakarta.

Dari total proyeksi 1,7 juta tenaga kerja, sekitar 836.696 orang akan terserap di industri manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan pembangkit listrik. Sementara itu, 811.132 tenaga kerja lainnya akan dibutuhkan untuk manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan transmisi, gardu induk, serta distribusi listrik. Lebih lanjut, Bahlil menekankan bahwa dari 836.696 tenaga kerja di sektor pembangkit, lebih dari 790.000 atau 90% merupakan green jobs, yang berfokus pada energi ramah lingkungan.

Selain menciptakan lapangan kerja, RUPTL ini juga membuka peluang investasi yang sangat besar, mencapai Rp 2.967,4 triliun. Investasi ini akan dialokasikan untuk berbagai sektor, termasuk:

  • Pembangkit listrik: Rp 2.133,7 triliun
  • Penyaluran transmisi dan gardu: Rp 565,3 triliun
  • Smart grid dan infrastruktur lainnya: Rp 268,4 triliun

Pengembangan infrastruktur kelistrikan ini akan dilakukan secara bertahap selama 10 tahun, dibagi menjadi dua periode lima tahunan. Pada periode pertama (2025-2029), peluang investasi diperkirakan mencapai Rp 1.173,94 triliun. Sementara itu, pada periode kedua (2030-2034), peluang investasi akan meningkat signifikan menjadi Rp 1.793,48 triliun.

Bahlil menjelaskan bahwa dari total investasi di sektor pembangkit sebesar Rp 2.133,7 triliun, 73% dialokasikan untuk partisipasi swasta atau Independent Power Producer (IPP). Sektor swasta akan mendapatkan alokasi Rp 1.566,1 triliun untuk investasi pada pembangkit, dengan mayoritas dana dialokasikan untuk pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sebesar Rp 1.341,8 triliun, dan sisanya untuk pembangkit non-EBT sebesar Rp 224,3 triliun.

"Investasi PLN dari Rp 2.000 triliun lebih, khusus untuk pembangkit sebesar Rp 567,67 triliun. Untuk pembangkit EBT-nya Rp 340,6 triliun dan non EBT-nya Rp 227 triliun," pungkas Bahlil.

Dengan adanya RUPTL 2025-2034, diharapkan sektor kelistrikan Indonesia tidak hanya menjadi lebih modern dan berkelanjutan, tetapi juga mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan investasi.