Surabaya Intensifkan Pembinaan Remaja Bermasalah Melalui Program Asrama

Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya menekan angka kenakalan remaja dengan pendekatan yang lebih komprehensif. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa pendidikan karakter tetap menjadi fokus utama, terutama bagi siswa yang terlibat dalam tindakan menyimpang.

Alih-alih mengirimkan kembali anak-anak ke barak militer seperti program Sekolah Kebangsaan yang sempat berjalan, Pemkot Surabaya kini lebih memilih pendekatan jangka panjang melalui program asrama. Dua program utama yang digagas adalah Kampung Anak Negeri (KANRI) dan Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana (1 Gamis 1 Sarjana). Program ini bertujuan untuk memberikan pembinaan intensif dan berkelanjutan, serta memotivasi anak-anak untuk meraih pendidikan setinggi mungkin.

"Dulu memang kita pernah mencoba mengirim ke barak, dan itu efektif mengubah perilaku anak. Tapi sayangnya, perubahan itu tidak bertahan lama," ungkap Eri Cahyadi. "Setelah beberapa bulan, mereka kembali ke kebiasaan lama. Oleh karena itu, kita membuka asrama, ada KANRI, ada program 1 Gamis 1 Sarjana, untuk menampung dan membina anak-anak ini secara berkelanjutan."

Program asrama ini berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Anak-anak tidak akan dihukum atau dipaksa melakukan kegiatan fisik yang berat. Sebaliknya, mereka akan tinggal dalam lingkungan yang suportif, dengan fasilitas belajar yang memadai dan pendampingan yang intensif. Tujuannya adalah untuk mengubah pola pikir dan perilaku mereka secara bertahap.

Sasaran utama program ini adalah anak-anak yang sebelumnya terjaring razia Satpol PP karena terlibat dalam berbagai kenakalan, seperti mengamen, menghirup lem, atau terlibat perkelahian. Bagi anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, Pemkot Surabaya akan memberikan bantuan biaya pendidikan.

"Kalau ada keluarga yang tidak mampu membiayai pendidikan anaknya, serahkan kepada kami," kata Eri Cahyadi. "Kami akan sekolahkan mereka, dan mereka akan tinggal di asrama KANRI atau Bibit Unggul."

Pemkot Surabaya menyiapkan kuota 200 tempat untuk Asrama Bibit Unggul melalui program 1 Gamis 1 Sarjana, serta 200 tempat lagi untuk jenjang SMP dan SMA. Privasi siswa yang mengikuti program ini juga akan dijaga dengan ketat.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Ida Widyawati, menambahkan bahwa pihaknya juga akan memberikan pembinaan kepada orang tua, terutama bagi mereka yang berpenghasilan di bawah Rp 4 juta. Mereka akan diikutsertakan dalam program Padat Karya.

"Pemkot Surabaya siap membantu keluarga yang tidak mampu dengan memfasilitasi biaya pendidikan anak, termasuk melalui Asrama Bibit Unggul atau Kampung Anak Negeri bagi mereka yang ingin bersekolah penuh," kata Ida.

Dengan pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan, Pemkot Surabaya berharap dapat memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak yang pernah tersesat di jalan yang salah.