Trump Tuntut Transparansi Daftar Mahasiswa Asing Harvard, Soroti Potensi Risiko Keamanan dan Isu Antisemitisme

Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan pernyataan kontroversial terkait kebijakan penerimaan mahasiswa asing di Universitas Harvard. Dalam komentarnya di Bandara Morristown, New Jersey, Trump menyerukan agar Harvard membuka daftar nama mahasiswa asing yang berkuliah di sana, dengan alasan untuk memastikan bahwa tidak ada individu yang berpotensi membahayakan keamanan negara.

Trump menyoroti bahwa meskipun Harvard menerima kucuran dana hibah yang signifikan dari pemerintah federal AS, universitas tersebut cenderung enggan memberikan rincian mengenai identitas mahasiswa asing yang diterima. Ia mengungkapkan keraguannya terhadap semua mahasiswa asing yang berkuliah di Harvard. Selain itu, Trump juga mengangkat isu sensitif terkait antisemitisme di lingkungan Harvard, menuduh universitas tersebut "sangat antisemit" dan mendesak agar praktik tersebut segera dihentikan. Tuduhan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara pemerintah dan Harvard terkait berbagai isu, termasuk kebijakan penerimaan mahasiswa asing dan kebebasan berekspresi di kampus.

Trump juga mengkritik proporsi mahasiswa asing di Harvard, yang menurutnya mencapai hampir 31 persen dari total populasi mahasiswa. Ia berpendapat bahwa jumlah tersebut terlalu tinggi dan merugikan kesempatan bagi warga Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan di universitas bergengsi tersebut. Data menunjukkan bahwa Harvard memiliki sekitar 6.800 mahasiswa internasional, yang mayoritas berasal dari India, China, dan Kanada.

Pernyataan Trump ini muncul di tengah hubungan yang kurang harmonis antara pemerintah federal dan Harvard. Sebelumnya, pemerintah AS sempat mencabut izin Harvard untuk menerima mahasiswa asing, sebuah tindakan yang dipandang sebagai agresi terhadap universitas elite tersebut. Pihak Harvard mengecam keras tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap Konstitusi dan hukum federal. Bahkan, seorang hakim federal sempat menangguhkan sementara kebijakan tersebut untuk memberi waktu bagi Harvard mengajukan gugatan hukum.

Ketegangan antara Trump dan Harvard bermula dari tuduhan bahwa universitas tersebut "sangat antisemit" karena membiarkan demonstrasi pro-Palestina di lingkungan kampus. Tuduhan ini dibantah keras oleh pihak universitas. Trump mempertanyakan mengapa Harvard lebih banyak menerima mahasiswa asing, padahal dana universitas didominasi oleh pemerintah Amerika Serikat. Ia menekankan bahwa negara asing tidak memberikan pendanaan signifikan kepada Harvard.

Isu keberadaan mahasiswa asing di perguruan tinggi AS terus menjadi perdebatan. Kalangan akademisi dan ekonom menekankan kontribusi positif mahasiswa asing dalam hal kekayaan intelektual, keberagaman budaya, dan pertumbuhan ekonomi. Namun, kalangan konservatif sering kali memandang mereka sebagai beban, bahkan sebagai potensi ancaman keamanan nasional. Pernyataan Trump ini semakin memperpanas perdebatan mengenai peran dan dampak mahasiswa asing di Amerika Serikat.