Studi Ungkap Alasan Subjektivitas Waktu Saat Berolahraga
Studi: Persepsi Waktu Melambat Saat Berolahraga
Sebuah studi baru-baru ini meneliti mengapa waktu seolah berjalan lebih lambat saat berolahraga. Penelitian ini, yang melibatkan 33 orang dewasa dengan tingkat kebugaran yang baik (16 wanita dan 17 pria), menggunakan serangkaian uji coba bersepeda dalam lingkungan virtual untuk menganalisis persepsi waktu selama aktivitas fisik.
Dalam eksperimen tersebut, para peserta diminta untuk menyelesaikan tiga putaran bersepeda sejauh empat kilometer dalam dunia virtual. Satu putaran dilakukan secara individu, sementara dua putaran lainnya melibatkan representasi virtual sebagai teman bersepeda (non-kompetitif) atau sebagai lawan dalam perlombaan. Selama uji coba, para peserta diminta untuk menilai tingkat kesulitan latihan pada skala 0 hingga 10 dan memperkirakan durasi 30 detik. Sementara itu, peneliti mengukur waktu aktual menggunakan stopwatch.
Salah satu peneliti dari Ulster University, Stein Menting, menjelaskan bahwa selama latihan, partisipan cenderung menghentikan waktu pada sekitar 28 detik, berbeda dengan perkiraan mereka sebelum dan sesudah latihan, yaitu sekitar 31,4 dan 31,6 detik. Perbedaan ini menunjukkan bahwa waktu terasa berjalan lebih lambat selama aktivitas fisik.
Menariknya, kehadiran pesaing virtual dalam uji coba tidak secara signifikan memengaruhi persepsi waktu. Namun, keberadaan pesaing tampaknya mendorong peserta untuk bersepeda lebih cepat. Rata-rata, peserta yang berlomba melawan pesaing menyelesaikan uji coba dalam waktu 459 detik, lebih cepat dibandingkan dengan peserta yang hanya diminta bersepeda secepat mungkin (467 detik) atau mereka yang bersepeda sendirian (470 detik). "Ini menunjukkan bahwa berolahraga itu sendiri, bukan intensitasnya, mungkin menjadi penyebab distorsi persepsi waktu," jelas Menting.
Temuan ini sedikit berbeda dari penelitian sebelumnya yang menekankan peran intensitas olahraga dalam memengaruhi persepsi waktu. Peneliti berteori bahwa fokus perhatian memainkan peran kunci dalam fenomena ini. Selama olahraga intens, individu cenderung memasuki kondisi mental yang sangat waspada dan menjadi lebih sadar akan ketidaknyamanan fisik. Peningkatan kesadaran ini meningkatkan jumlah sensasi yang dialami dalam rentang waktu tertentu, sehingga menciptakan kesan bahwa waktu berjalan lebih lambat.
Phillip Gable, seorang profesor psikologi dari University of Delaware, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, berpendapat bahwa motivasi adalah faktor kunci yang memengaruhi persepsi waktu. Dalam penelitiannya, Gable menemukan bahwa persepsi waktu dapat bervariasi tergantung pada jenis motivasi yang dialami seseorang saat beraktivitas. Ketika seseorang termotivasi oleh keinginan untuk mencapai sesuatu yang positif (approach motivation), waktu cenderung terasa lebih cepat. Sebaliknya, ketika seseorang termotivasi oleh keinginan untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan (avoidance motivation), waktu terasa lebih lambat.
Gable berpendapat bahwa kecepatan "maksimal" yang dialami peserta dalam studi Ulster University kemungkinan besar terasa tidak menyenangkan dan memicu motivasi penghindaran. Dengan demikian, kesan waktu yang melambat dapat menjadi indikasi bahwa rutinitas olahraga tertentu menimbulkan stres atau ketidaknyamanan. Gable merekomendasikan untuk menemukan tempo olahraga yang berkelanjutan untuk menghindari munculnya motivasi penghindaran dan menjaga pengalaman berolahraga tetap positif.