Sanca Bulan Papua: Eksistensi Terancam Akibat Perburuan dan Hilangnya Habitat
Sanca Bulan Papua: Eksistensi Terancam Akibat Perburuan dan Hilangnya Habitat
Sanca bulan ( Liasis boeleni ), merupakan spesies ular endemik yang hanya ditemukan di pulau Papua dan Papua Nugini. Keberadaan ular piton yang eksotis ini semakin mengkhawatirkan akibat perburuan ilegal dan degradasi habitat alaminya.
Habitat dan Distribusi
Ular sanca bulan mendiami wilayah pegunungan di Papua dan Papua Nugini, dengan ketinggian mencapai 1.750 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut. Di Papua, ular ini tercatat hidup di berbagai lokasi seperti Lembah Baliem (Jayawijaya), Pegunungan Bintang, Yahukimo, Tolikara, Mamberamo Tengah, Yalimo, Lanny Jaya, Nduga, sekitar Danau Wissel, hingga Pegunungan Arfak (Papua Barat). Sementara itu, di Papua Nugini, sanca bulan dapat ditemukan di lereng barat Gunung Dayman dan Lembah Musa.
Reptil ini dikenal sulit ditemukan dan pertama kali didokumentasikan pada tanggal 25 Desember 1952 oleh Dr. K.W.J. Boelens. Setahun kemudian, pada tahun 1953, L.D. Brongersma memberikan nama ilmiah Liasis boeleni untuk menghormati penemunya.
Taksonomi dan Ciri Fisik
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, klasifikasi ilmiah ular sanca bulan mengalami perubahan. Pada tahun 2003, ular ini dimasukkan ke dalam genus Morelia dengan nama ilmiah Morelia boeleni. Kemudian, pada tahun 2014, kembali terjadi perubahan dan ular ini diberi nama ilmiah Simalia boeleni.
Sanca bulan dewasa memiliki ciri khas warna kulit hitam mengkilap dengan iridensi (efek pelangi) yang berbeda pada setiap individu. Warna pelangi tersebut dapat berupa biru, oranye, ungu, atau merah, tergantung pada sudut pandang dan intensitas cahaya matahari. Panjang tubuhnya berkisar antara 1,5 hingga 3 meter, dengan pertumbuhan yang relatif lambat hingga mencapai ukuran maksimal pada usia 4-6 tahun.
Ancaman dan Konservasi
Sanca bulan dianggap sebagai salah satu spesies ular paling langka dan terancam punah di dunia. Populasi mereka terus menurun akibat beberapa faktor:
- Hilangnya habitat: Deforestasi dan alih fungsi lahan menyebabkan hilangnya habitat alami sanca bulan.
- Perburuan ilegal: Perburuan untuk perdagangan hewan liar menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup spesies ini.
Ular ini berkembang biak dengan cara bertelur, dengan jumlah telur yang dihasilkan dalam sekali bertelur mencapai 14 butir.
Meskipun undang-undang perlindungan telah diberlakukan di Indonesia dan upaya konservasi dilakukan di Papua dan Papua Nugini, sanca bulan masih menghadapi ancaman serius. Perburuan liar terus menjadi masalah utama yang mengancam populasi ular ini. Perlindungan habitat alami dan penegakan hukum yang tegas sangat dibutuhkan untuk memastikan kelangsungan hidup sanca bulan di masa depan.