Gempa Bumi Guncang Yogyakarta, Simpang Siur Kenangan 19 Tahun Tragedi 2006

Yogyakarta kembali diguncang gempa bumi pada Selasa (27/5/2025) pagi, tepat di hari peringatan 19 tahun gempa dahsyat yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006. Getaran gempa dirasakan di berbagai wilayah, termasuk Bantul, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta, memicu ingatan kelam akan peristiwa tragis belasan tahun silam.

Sejumlah warga dan pegawai di kantor pemerintahan di Bantul merasakan getaran tersebut. Irawan Kurnianto, Kabid Damkarmat BPBD Bantul, menuturkan bahwa beberapa pegawai sempat ragu apakah yang mereka rasakan adalah gempa bumi atau bukan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa bumi tektonik ini berkekuatan magnitudo 5,4. Pusat gempa berada di 268 km arah barat daya Pacitan, Jawa Timur, dengan kedalaman 14 km. Dampak gempa dirasakan dengan skala intensitas II MMI di Nganjuk, Trenggalek, Malang, Blitar, Bantul, Pacitan, Sukoharjo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta. Getaran dirasakan oleh beberapa orang, dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Beberapa warga di Imogiri mengaku tidak merasakan gempa secara langsung. Namun, peristiwa ini membangkitkan kembali ingatan akan gempa bumi dahsyat tahun 2006 yang merenggut ribuan nyawa dan menyebabkan kerusakan parah di wilayah DIY dan Jawa Tengah.

Gempa bumi 5,9 magnitudo pada 27 Mei 2006 pukul 05.55 WIB silam menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa yang sangat besar. Data dari BPBD Bantul mencatat 4.143 jiwa meninggal dunia, 71.763 unit rumah rusak berat, 71.372 unit rumah rusak sedang, dan 66.359 unit rumah rusak ringan di Bantul.

Secara keseluruhan, di wilayah terdampak seperti Klaten, lebih dari 5.782 orang meninggal dunia, lebih dari 26.299 orang luka-luka, dan lebih dari 390.077 unit rumah rusak total. Gempa bumi 2006 menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah Indonesia modern, meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.