Gibran Dorong Transformasi Digital: Indonesia Harus Jadi Kekuatan Produsen, Bukan Sekadar Pasar

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyerukan transformasi fundamental dalam ekosistem digital Indonesia. Melalui sebuah video monolog yang dipublikasikan baru-baru ini, Gibran menekankan urgensi bagi Indonesia untuk bergeser dari sekadar menjadi konsumen teknologi digital menjadi kekuatan produsen yang aktif dan inovatif. Seruan ini didasarkan pada keyakinan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi digital yang kuat dan mandiri.

Dalam monolognya, Gibran menyoroti beberapa poin penting. Pertama, ia menekankan bahwa kekayaan suatu negara di era digital tidak lagi terbatas pada sumber daya alam tradisional, tetapi juga mencakup data, perilaku, dan pola pikir masyarakatnya. Dengan populasi 284 juta jiwa, di mana 221 juta di antaranya adalah pengguna internet aktif, Indonesia memiliki gudang data yang sangat berharga yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Data ini, menurut Gibran, adalah "minyak baru" yang dapat menjadi kunci untuk memenangkan kompetisi di era digital.

Kedua, Gibran menyoroti potensi ekonomi digital Indonesia yang sangat besar. Pada tahun 2024, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai 90 miliar dollar AS, dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 200-300 miliar dollar AS pada tahun 2030. Angka-angka ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki pasar yang sangat menjanjikan bagi pengembangan teknologi digital. Oleh karena itu, Gibran mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk berani keluar dari zona nyaman dan melakukan terobosan-terobosan yang inovatif untuk menjadi raksasa digital yang disegani.

Ketiga, Gibran menekankan pentingnya hilirisasi digital. Hilirisasi digital bukan hanya sekadar konsep atau jargon, tetapi merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia jika ingin menjadi pemain utama di era digital. Dengan hilirisasi digital, Indonesia dapat menciptakan nilai tambah dari data dan perilaku masyarakatnya sendiri, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh pelaku usaha lokal, masyarakat, dan negara secara keseluruhan. Gibran juga menekankan bahwa Indonesia memiliki hak dan kesempatan untuk menjadi pemain utama di negeri sendiri, dan bukan hanya menjadi pasar bagi negara lain.

Untuk mewujudkan visi ini, Gibran menyerukan gerakan bersama yang melibatkan seluruh elemen bangsa. Ia menekankan perlunya ruang yang harus dijaga bersama agar pelaku lokal dan talenta digital dapat tumbuh dan berinovasi. Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, kata Gibran, berkomitmen penuh untuk membangun infrastruktur dan ekosistem digital nasional, mulai dari pengembangan solusi AI, machine learning, games, IoT, blockchain, robotik, hingga keberpihakan terhadap marketplace dan platform digital yang memberi ruang bagi pelaku usaha lokal Indonesia.

Berikut adalah poin-poin penting yang disampaikan Gibran dalam monolognya:

  • Kekayaan negara di era digital mencakup data, perilaku, dan pola pikir masyarakat.
  • Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar, dengan nilai mencapai 90 miliar dollar AS pada tahun 2024 dan diproyeksikan mencapai 200-300 miliar dollar AS pada tahun 2030.
  • Hilirisasi digital merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama di era digital.
  • Perlu gerakan bersama untuk membangun ekosistem digital yang kondusif bagi pertumbuhan pelaku lokal dan talenta digital.
  • Pemerintah berkomitmen penuh untuk membangun infrastruktur dan ekosistem digital nasional.

Dengan langkah-langkah konkret dan kolaborasi yang kuat, Gibran optimis bahwa Indonesia dapat mewujudkan visi menjadi kekuatan produsen digital yang disegani di dunia.