Empat Warga Rusia Hadapi Persidangan di Jerman Atas Dugaan Pendanaan ISIS

Pengadilan Tinggi Hanseatik Hamburg tengah menyidangkan empat warga negara Rusia atas tuduhan berat terkait dengan aktivitas terorisme. Keempat terdakwa tersebut didakwa sebagai anggota organisasi kriminal asing dan pendukung organisasi teroris, termasuk kelompok teroris yang beroperasi di luar negeri.

Dakwaan yang diajukan secara spesifik menyoroti peran mereka dalam penggalangan dana melalui media sosial untuk kelompok teroris ISIS yang aktif di Suriah. Jumlah dana yang berhasil dikumpulkan oleh para terdakwa diperkirakan mencapai 174.000 Euro.

Kasus ini kembali menyoroti ancaman ekstremisme yang masih menjadi perhatian serius di Jerman. Meskipun selama bertahun-tahun ancaman ekstremisme dianggap sebagai bahaya terbesar bagi negara ini, terutama pasca serangan teroris 11 September 2001 di New York, otoritas berwenang kini menyoroti peningkatan kekerasan dan kejahatan bermotif ekstrem kanan sebagai ancaman yang lebih besar. Namun, energi kriminal yang berasal dari ekstremis islamis tetap menjadi perhatian utama.

Konstantin von Notz, ahli keamanan dari fraksi Partai Hijau di Bundestag dan ketua Komisi Pengawasan Parlemen Jerman, menegaskan bahwa tindakan bermotif islamis masih menjadi ancaman keamanan yang serius bagi negara. Ia menekankan pentingnya pemantauan dan penindakan terhadap laporan terkait pendanaan terorisme, mengingat beragam ancaman yang dihadapi demokrasi Jerman saat ini.

Menteri Dalam Negeri Alexander Dobrindt (CSU) juga menyoroti besarnya ancaman ekstrem islamis di Jerman. Ia mengungkapkan bahwa kejahatan bermotif politik mengalami lonjakan drastis, dengan lebih dari 84.000 kasus tercatat tahun ini, meningkat lebih dari 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagian besar pelaku adalah ekstrem kanan dan radikal kanan, dengan banyak tindakan didorong oleh antisemitisme, terutama sejak konflik Gaza pada Oktober 2023. Namun, kejahatan yang dilakukan oleh ekstremis islamis tetap stabil dalam beberapa tahun terakhir.

Data mengenai kejahatan yang melibatkan kekerasan semakin memperkuat fakta ini. Dari 4.107 serangan kekerasan bermotif politik tahun lalu, sekitar 36 persen berlatar belakang ekstrem kanan, sementara 975 serangan terkait dengan ideologi asing.

Penggalangan dana untuk ISIS menjadi perhatian utama pengadilan di Jerman. Sebelumnya, persidangan terhadap dua tersangka pendukung ISIS dimulai di Stuttgart pada April lalu. Seorang pria Jerman berusia 34 tahun dan pria Suriah berusia 29 tahun dituduh menyalurkan dana untuk ISIS. Selain itu, seorang pria berusia 28 tahun telah divonis atas kasus serupa di Frankfurt am Main karena terbukti mengirim sekitar 4200 Euro ke ISIS antara Mei 2020 dan Agustus 2021.

Seruan penggalangan dana seringkali dilakukan melalui media sosial seperti Telegram. Dana yang terkumpul ditujukan untuk perempuan dan anak-anak militan ISIS yang ditahan di kamp-kamp di utara Suriah. Penyaluran dana dilakukan melalui agen keuangan di Turki, yang kemudian mengirimkan uang tersebut kepada anggota ISIS di Suriah.

Badan Perlindungan Konstitusi Jerman memperkirakan pada 2023 terdapat sekitar 27.200 orang yang memiliki kecenderungan islamis garis keras. Laporan dari badan tersebut juga menyebutkan bahwa Eropa, termasuk Jerman, tetap menjadi sasaran utama organisasi teroris jihad, terutama ISIS dan Al-Qaida.

Provinsi Khorasan ISIS (ISPK) kini menjadi cabang regional ISIS yang paling kuat. Setelah sebelumnya fokus pada serangan di Afganistan, ada indikasi kuat bahwa Jerman dan Eropa mulai dipertimbangkan sebagai target. Akibatnya, jumlah warga Rusia atau negara-negara Kaukasus yang aktif mendukung ISIS di Jerman semakin meningkat, baik dalam bentuk kekerasan maupun penggalangan dana.