Masjid Agung Kendal: Jejak Sejarah Wali Joko dan Arsitektur Islam Abad ke-15
Masjid Agung Kendal: Jejak Sejarah Wali Joko dan Arsitektur Islam Abad ke-15
Masjid Agung Kendal, sebuah monumen bersejarah di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, berdiri kokoh sebagai bukti nyata perjalanan dakwah dan perkembangan Islam di tanah Jawa. Didirikan sekitar tahun 1493 Masehi oleh Wali Joko, murid Sunan Kalijaga, masjid ini menyimpan kisah panjang yang sarat makna, terukir dalam setiap detail arsitekturnya dan jejak sejarahnya yang masih terasa hingga kini.
Berlokasi di jantung Kota Kendal, dekat alun-alun, Masjid Agung Kendal telah mengalami beberapa kali renovasi sepanjang sejarahnya. Namun, empat pilar utama atau soko dalam bahasa Jawa, tetap dipertahankan sebagai warisan tak ternilai. Keempat pilar tersebut, masing-masing merupakan sumbangan dari empat waliyullah yang terkemuka: Sunan Kalijaga, Sunan Ampel, Sunan Bonang, dan Sunan Gunungjati. Keberadaan pilar-pilar ini menjadi simbol kuat dari persatuan dan dukungan para tokoh penyebar agama Islam di Jawa terhadap dakwah Wali Joko.
Renovasi masjid yang tercatat dalam sejarah antara lain pada tahun 1967-1970, 1981-1995, pembangunan menara pada tahun 2004-2007, penyempurnaan menara pada tahun 2021 dan renovasi besar-besaran yang dimulai pada 24 Desember 2022 dan selesai 60% pada Maret 2025. Peresmian renovasi ruang utama masjid oleh Bupati Kendal, Dico M. Ganinduto, pada 31 Januari 2025, menandai babak baru dalam pemeliharaan situs bersejarah ini. Ketua Takmir Masjid Agung Kendal, Asroi Tohir, menjelaskan bahwa rencana untuk membangun masjid tiga lantai, dengan lantai dasar untuk perkantoran, dibatalkan setelah pertimbangan spiritual, mengingat lantai dasar dulunya merupakan tempat salat para wali. Hal ini menunjukkan penghormatan mendalam terhadap sejarah dan nilai-nilai spiritual yang melekat pada masjid tersebut.
Selain bangunan utama, kompleks Masjid Agung Kendal juga menyimpan makam Wali Joko di sisi kanan masjid. Keberadaan makam ini semakin memperkuat status masjid sebagai situs religi dan sejarah yang penting. Setiap Ramadhan, masjid ini menggelar berbagai kegiatan keagamaan, termasuk tradisi penyediaan takjil bubur lodeh bagi masyarakat sekitar, sebagai simbol kesederhanaan dan kedermawanan.
Wali Joko, yang dikenal juga sebagai Raden Joko Suwiryo atau Pangeran Panggung, merupakan adik seayah dari Raden Patah. Setelah berguru kepada Sunan Kalijaga, ia menerima gelar Syekh Rofi’udin, yang berarti “penegak syariat Islam”. Bersama saudaranya, Sunan Katong, ia mendapat amanah untuk menyebarkan Islam di wilayah barat Semarang, dengan Wali Joko bertugas di Kendal. Sebelum berdakwah, ia membangun lingkungan yang nyaman untuk menarik minat masyarakat dan para santri. Perkembangan pesat jumlah santri kemudian mendorong pembangunan masjid yang lebih besar, yang kemudian menjadi Masjid Agung Kendal.
Masjid Agung Kendal, yang awalnya berukuran 27 meter x 27 meter, dengan 16 pilar dan atap bersusun tiga, dibangun pada tahun 1493 Masehi. Detail konstruksinya, termasuk tempat wudhu yang memanfaatkan aliran air dari Kali Kendal, menunjukkan kearifan lokal dalam pembangunannya. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat penyebaran Islam di Kendal dan saksi bisu perjuangan Wali Joko dalam menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Keberadaannya hingga kini merupakan bukti nyata dari keberlanjutan nilai-nilai spiritual dan sejarah yang patut dilestarikan.