Pembuangan Bangkai Babi di Flores Timur: Ancaman ASF dan Upaya Penanggulangan Dinas Peternakan

Pembuangan Bangkai Babi di Flores Timur: Ancaman ASF dan Upaya Penanggulangan Dinas Peternakan

Beredarnya video di media sosial yang memperlihatkan pembuangan bangkai babi di pesisir pantai Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Senin (10/03/2025) telah menimbulkan keprihatinan dan kecaman dari berbagai pihak. Aksi warga yang membuang bangkai babi tersebut ke laut, bukan hanya tindakan yang tidak bertanggung jawab, namun juga berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit flu babi Afrika (African Swine Fever/ASF). Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur, Vianey Kiti Tokan, mengungkapkan rasa sayangnya terhadap perilaku tersebut dan menegaskan bahwa tindakan ini menghambat upaya pengendalian ASF yang telah dilakukan.

"Kami sangat menyayangkan dan mengecam tindakan pembuangan bangkai babi secara sembarangan ini," tegas Vianey saat dikonfirmasi. "Tindakan ini sangat berbahaya dan berpotensi memperparah penyebaran penyakit ASF di wilayah kami." Ia menambahkan bahwa bangkai babi yang sempat viral di media sosial tersebut telah berhasil dikubur oleh pihak berwenang. Namun, kejadian ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk memperkuat upaya sosialisasi dan pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Langkah ini sangat krusial mengingat angka kematian ternak babi di Flores Timur terus meningkat.

Data yang dihimpun Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur menunjukan peningkatan signifikan jumlah kematian ternak babi sejak awal tahun 2025. Sejak Januari hingga Maret 2025, tercatat sebanyak 100 ekor babi mati. Angka ini menjadi bukti nyata perlunya peningkatan kewaspadaan dan strategi pencegahan yang lebih komprehensif. Untuk mengatasi hal ini, Dinas Peternakan telah melaksanakan berbagai upaya pencegahan, diantaranya:

  • Edukasi kepada peternak mengenai pencegahan dan pengendalian ASF.
  • Penyidikan intensif untuk mendeteksi penyebab kematian babi.
  • Pengiriman sampel ke laboratorium untuk memastikan diagnosis penyakit.
  • Penguatan pengawasan lalu lintas babi dan produk turunannya untuk mencegah penyebaran ASF dari luar daerah.
  • Permohonan bantuan desinfektan untuk mendukung upaya sterilisasi dan pencegahan penyebaran penyakit.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, kejadian pembuangan bangkai babi ini menjadi pengingat akan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kesehatan hewan dan lingkungan. Ke depan, kolaborasi antara pemerintah daerah, peternak, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran ASF secara efektif. Sosialisasi yang lebih intensif dan sanksi yang tegas terhadap pelanggar aturan terkait pembuangan bangkai hewan diharapkan mampu mencegah kejadian serupa di masa mendatang dan melindungi kesehatan masyarakat luas.

Langkah-langkah yang lebih proaktif, seperti penyediaan tempat pembuangan bangkai hewan yang layak dan aman, serta peningkatan kesadaran masyarakat melalui kampanye publik yang masif, diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta mencegah penyebaran penyakit menular. Keberhasilan upaya pencegahan dan penanggulangan ASF di Flores Timur sangat bergantung pada komitmen dan kerjasama semua pihak.