Kenaikan Harga Energi Mendorong Industri Global Tingkatkan Investasi Efisiensi Energi
Kenaikan harga energi global telah memicu respons signifikan dari sektor industri, dengan dua pertiga bisnis di seluruh dunia meningkatkan anggaran mereka untuk efisiensi energi dalam beberapa tahun terakhir. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi dampak fluktuasi harga energi dan meningkatkan keberlanjutan operasional.
Survei terhadap 300 pembuat keputusan di berbagai sektor industri utama, termasuk kedirgantaraan, konstruksi, mesin industri, logistik, energi, TI, kimia, bahan konstruksi, pertambangan, dan logam, mengungkapkan bahwa hampir semua (99%) organisasi industri sedang berupaya meningkatkan efisiensi energi mereka. Mayoritas besar (68%) bahkan telah meningkatkan anggaran untuk tujuan tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Optimisme terhadap keberlanjutan komitmen ini juga tinggi, dengan 84% pengambil keputusan industri memperkirakan peningkatan dana dan sumber daya untuk efisiensi energi di perusahaan mereka dalam satu tahun ke depan.
Efisiensi energi dipandang sebagai strategi penting untuk melindungi bisnis dari guncangan harga di pasar energi global, seperti yang dialami Eropa dengan harga gas sejak konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, efisiensi energi menjadi langkah populer untuk memotong biaya di tengah tantangan ekonomi. Manfaat tambahan termasuk kemajuan dalam komitmen pengurangan emisi, baik yang ditetapkan oleh peraturan atau oleh masing-masing bisnis.
"Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan energi merupakan strategi penting untuk pembangunan yang berkelanjutan dan kompetitif," kata Mike Umiker, direktur eksekutif EEM. "Efisiensi energi memainkan peran penting dalam mengurangi perubahan iklim, memperkuat keamanan pasokan energi, dan mengurangi beban ekonomi yang terkait dengan konsumsi energi yang berlebihan."
Namun, meskipun ada kemajuan, sebagian besar responden (84%) percaya bahwa pendanaan lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya mewujudkan manfaat peningkatan efisiensi energi. Hambatan utama yang dihadapi bisnis adalah masalah keuangan, dengan banyak yang kesulitan membangun bisnis untuk proyek efisiensi energi karena proyeksi ROI yang tidak jelas atau biaya modal yang tinggi. Empat hambatan utama lainnya termasuk kurangnya infrastruktur, kurangnya tenaga kerja terampil, data energi berkualitas buruk, dan kesenjangan dalam strategi organisasi. Sepertiga responden mengatakan mereka kesulitan memprioritaskan efisiensi energi karena kurangnya dukungan atau arahan dari pimpinan.
EEM merekomendasikan agar bisnis mengintegrasikan efisiensi energi ke dalam strategi inti mereka, menetapkan target yang jelas, tata kelola, dan tanggung jawab kepemimpinan. Dari sana, proses bisnis inti dapat disesuaikan. Pada COP28 tahun 2023, hampir 200 negara berjanji untuk menggandakan tingkat peningkatan efisiensi energi sebelum tahun 2030, dari 2 persen pada tahun 2022 menjadi 4 persen pada tahun 2030. Setahun kemudian, IEA menyatakan dalam laporannya bahwa negara-negara belum memenuhi target tersebut dan masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan peningkatan efisiensi.
Dalam laporannya, IEA menemukan bahwa intensitas energi primer global yang merupakan cara mengukur efisiensi energi akan meningkat sekitar 1 persen pada 2024. Sedangkan investasi dalam teknologi hemat energi tumbuh sebesar 4 persen pada 2024 dan akan mencapai 660 miliar dollar AS. Namun meskipun investasi sudah besar dan terus bertumbuh masih ada kesenjangan untuk mencapai target efisiensi energi yang ambisius. Tanggung jawab utama untuk mengisi kesenjangan ini terletak pada pemerintah, yang harus berinovasi dengan skema pembiayaan campuran dan menciptakan lingkungan yang menarik bagi investasi swasta untuk mempercepat kemajuan dalam efisiensi energi.