PPP Diharapkan Pertimbangkan Anies Baswedan Sebagai Kandidat Ketua Umum Guna Raih Kembali Kejayaan di Pemilu 2029

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tengah menghadapi tantangan besar untuk kembali meraih kejayaan di kancah perpolitikan nasional. Kegagalan menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold) pada Pemilu 2024 menjadi pukulan telak yang memaksa partai berlambang Ka'bah ini untuk berbenah diri dan mencari strategi baru.

Dalam konteks pencarian sosok pemimpin yang tepat, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, memberikan pandangan menarik. Ia menyarankan agar PPP mempertimbangkan tokoh eksternal seperti Anies Baswedan sebagai calon Ketua Umum (Ketum). Agung menilai bahwa ada kesamaan preferensi antara pemilih PPP dan pendukung Anies pada Pilpres 2024. Hal ini menjadi modal penting untuk menyatukan kekuatan dan meraih dukungan yang lebih besar.

Agung Baskoro menekankan pentingnya PPP untuk belajar dari pengalaman pahit Pemilu 2024. Ia menilai bahwa partai tersebut terlalu dini dalam menentukan langkah politiknya dan mengabaikan aspirasi akar rumput (grassroot). Akibatnya, PPP salah memilih figur dan koalisi, yang berujung pada kegagalan meraih kursi di parlemen.

Menjelang Muktamar PPP yang diperkirakan akan digelar pada Agustus atau September 2025, nama Anies Baswedan mencuat sebagai salah satu kandidat potensial. Usulan ini sejalan dengan pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP, Romahurmuziy (Rommy), yang mengaku pernah membujuk Anies untuk memimpin PPP pada akhir Desember 2024. Rommy meyakini bahwa Anies memiliki kapasitas dan ketokohan yang dibutuhkan untuk membawa PPP kembali ke Senayan.

Rommy menekankan perlunya sosok pemimpin yang memiliki kekuatan dan kemampuan luar biasa (extraordinary power dan extraordinary leader) untuk memimpin PPP. Ia menyadari bahwa upaya untuk mengembalikan PPP ke parlemen bukanlah tugas yang mudah, mengingat belum ada satu pun partai yang berhasil kembali ke Senayan setelah terlempar sejak tahun 1998.

Meski demikian, gagasan ini tentu bukan tanpa tantangan. Anies Baswedan sendiri saat ini tidak tergabung dalam partai politik mana pun. Selain itu, perlu ada titik temu (titik tengah) antara kepentingan Anies sebagai seorang politisi dan kebutuhan PPP sebagai sebuah partai politik. Pertimbangan yang matang dan komunikasi yang efektif akan menjadi kunci untuk mewujudkan sinergi yang positif.

Sebelumnya, PPP sempat memberikan sinyal dukungan kepada Anies Baswedan untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024. Namun, pada akhirnya, PPP memilih untuk mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono. Perubahan arah dukungan ini menunjukkan dinamika politik yang kompleks dan perlunya PPP untuk terus beradaptasi dengan perkembangan situasi.

Berikut poin penting yang menjadi perhatian:

  • Evaluasi Pemilu 2024: PPP perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap hasil Pemilu 2024 untuk mengidentifikasi kelemahan dan merumuskan strategi perbaikan.
  • Mendengarkan Akar Rumput: PPP harus lebih peka terhadap aspirasi dan suara akar rumput dalam pengambilan keputusan politik.
  • Pemilihan Figur yang Tepat: PPP perlu memilih figur pemimpin yang memiliki visi yang jelas, kemampuan yang mumpuni, dan dukungan yang luas.
  • Membangun Koalisi yang Solid: PPP perlu membangun koalisi dengan partai politik lain yang memiliki kesamaan visi dan tujuan untuk memperkuat posisi politiknya.
  • Memaksimalkan Potensi Anies Baswedan: Jika PPP memutuskan untuk mengusung Anies Baswedan sebagai calon Ketua Umum, partai tersebut perlu memaksimalkan potensi yang dimiliki Anies untuk menarik dukungan dari berbagai kalangan.

Muktamar PPP akan menjadi momentum penting bagi partai tersebut untuk menentukan arah masa depannya. Pemilihan Ketua Umum yang tepat akan menjadi kunci untuk meraih kembali kejayaan dan lolos ke parlemen pada Pemilu 2029.