Bentrokan Mematikan di Suriah Tewaskan Lebih dari 1.000 Jiwa: Eskalasi Konflik Pasca-Jatuhnya Rezim Assad
Bentrokan Mematikan di Suriah Tewaskan Lebih dari 1.000 Jiwa: Eskalasi Konflik Pasca-Jatuhnya Rezim Assad
Tragedi kemanusiaan kembali melanda Suriah. Bentrokan antara pasukan keamanan Suriah dan loyalis mantan Presiden Bashar al-Assad telah menewaskan lebih dari 1.000 jiwa dalam dua hari terakhir, menjadikan insiden ini sebagai salah satu kekerasan paling mematikan sejak pecahnya konflik Suriah 14 tahun lalu. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), lembaga pemantau independen yang berbasis di Inggris, mencatat angka korban tewas yang mengguncang dunia tersebut.
Berdasarkan laporan SOHR, dari total korban jiwa, 745 di antaranya merupakan warga sipil yang sebagian besar tewas akibat tembakan jarak dekat. Angka ini menunjukkan betapa brutalnya kekerasan yang terjadi, menargetkan warga sipil secara tidak pandang bulu. Selain warga sipil, 125 anggota pasukan keamanan pemerintah dan 148 anggota kelompok bersenjata pro-Assad juga menjadi korban dalam bentrokan tersebut.
Kronologi Bentrokan dan Eskalasi Kekerasan
Insiden berdarah ini berawal dari upaya penangkapan seorang buronan oleh pasukan pemerintah di dekat kota pesisir Jableh. Operasi tersebut justru berujung pada penyergapan oleh loyalis Assad, yang kemudian memicu bentrokan besar-besaran. Konflik yang dimulai pada Kamis (6/3/2025) ini semakin memburuk setelah loyalis Assad melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan Suriah, pasca jatuhnya rezim Assad pada Desember tahun lalu. Sebagai pembalasan, kelompok bersenjata pro-pemerintah menyerang komunitas Alawit, kelompok minoritas yang selama ini menjadi basis pendukung Assad.
Kesaksian warga Alawit menggambarkan situasi mencekam. Milisi bersenjata dilaporkan melakukan eksekusi massal terhadap laki-laki Alawit di jalanan dan depan rumah mereka. Rumah-rumah warga Alawit dijarah dan dibakar. Di kota Baniyas, salah satu daerah yang paling terdampak, jenazah korban berserakan di jalanan atau dibiarkan di dalam rumah tanpa bisa dikuburkan. Ali Sheha, seorang warga Baniyas berusia 57 tahun, menceritakan kesaksian pilu tentang kebiadaban yang terjadi. Ia melihat langsung bagaimana pria-pria bersenjata menembaki rumah warga secara acak dan bahkan meminta identitas warga untuk memeriksa agama dan aliran mereka sebelum mengeksekusi mereka.
"Kondisinya sangat buruk. Jenazah berserakan di jalan," kata Sheha kepada CBS News. Ia dan keluarganya terpaksa melarikan diri, meninggalkan segala yang mereka miliki. Sheha menambahkan, setidaknya 20 orang di lingkungannya terbunuh, sebagian di dalam toko mereka, sebagian lainnya di rumah sendiri.
SOHR melaporkan bahwa aksi pembunuhan massal baru berhenti pada Sabtu (8/3/2025) dini hari. Pada sore harinya, upacara pemakaman digelar untuk empat anggota pasukan keamanan Suriah yang tewas. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Suriah mengklaim telah merebut kembali sebagian besar wilayah yang sebelumnya dikuasai loyalis Assad dan menutup akses jalan menuju wilayah pesisir untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Namun, situasi kemanusiaan tetap kritis. Anggota parlemen Haidar Nasser mengungkapkan banyak warga Suriah yang melarikan diri ke Lebanon atau mencari perlindungan di pangkalan udara Rusia di Hmeimim.
Dampak Jangka Panjang dan Ancaman Stabilitas
Tragedi ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang bagi stabilitas Suriah. Jatuhnya rezim Assad telah menciptakan kekosongan kekuasaan, membuka jalan bagi kelompok-kelompok bersenjata dan memicu pertikaian antar faksi. Selain itu, banyak warga Alawit yang kehilangan pekerjaan setelah rezim Assad jatuh, mengingat peran penting mereka di militer dan lembaga keamanan negara sebelumnya. Peristiwa ini menjadi pengingat akan kompleksitas konflik Suriah dan kebutuhan mendesak untuk solusi politik yang komprehensif untuk mencegah terjadinya kekerasan lebih lanjut dan memulihkan perdamaian di negara yang hancur tersebut. Dunia internasional perlu mengambil peran aktif untuk mencegah eskalasi konflik dan melindungi warga sipil dari kekerasan yang lebih lanjut.