Cinta Tak Kenal Batas: Kisah Pernikahan Inspiratif Pasangan Tunanetra di Yogyakarta
Kisah Cinta yang Menyentuh Hati: Agus dan Sukini Mengikat Janji Suci
Di sebuah Kantor Urusan Agama (KUA) di Kapanewon Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta, sebuah momen mengharukan terjadi. Agus Santoso (55) dan Sukini (50), dua insan penyandang disabilitas netra, mengikrarkan janji suci pernikahan, Selasa (27/5/2025). Pernikahan yang berlangsung sederhana ini menjadi simbol cinta yang tulus dan inspirasi bagi banyak orang.
Suasana haru dan bahagia terpancar dari wajah kedua mempelai. Agus, dengan balutan batik yang rapi, dan Sukini, anggun dalam balutan busana krem sederhana, memancarkan aura kebahagiaan. Meski tanpa kemewahan pelaminan, pernikahan ini terasa begitu istimewa dan bermakna.
"Alhamdulillah, kami sangat bahagia. Harapan kami, usaha kami lancar dan kami bisa hidup rukun hingga akhir hayat," ucap Agus dengan penuh rasa syukur.
Pertemuan yang Tak Disangka: Cinta Bersemi Lewat Voice Note
Kisah cinta Agus dan Sukini bermula dari keaktifan mereka dalam komunitas Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kulon Progo. Interaksi melalui grup WhatsApp komunitas, khususnya melalui fitur voice note, menjadi jembatan yang mempertemukan mereka.
Selama tiga tahun terakhir, intensitas komunikasi mereka semakin meningkat. Obrolan melalui voice note menjadi rutinitas yang tak terpisahkan, hingga akhirnya benih-benih cinta mulai tumbuh di hati keduanya.
"Kami intens berkomunikasi melalui voice note selama tiga tahun terakhir," ungkap Agus.
Kesamaan visi dan misi, serta kecocokan karakter, membuat Agus dan Sukini semakin yakin untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Keluarga Agus pun datang melamar Sukini sebelum Hari Raya Idul Fitri. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan musyawarah, kedua keluarga sepakat untuk menggelar pernikahan.
Membangun Masa Depan Bersama: Usaha Pijat Mandiri
Agus dan Sukini, yang berprofesi sebagai tukang pijat netra, memiliki impian untuk membangun usaha mandiri bersama. Setelah menikah, mereka berencana mengembangkan usaha pijat di rumah Sukini yang terletak di Tejogan.
Dengan usaha yang lebih terstruktur dan mandiri, mereka berharap dapat meningkatkan pendapatan dan mencapai stabilitas ekonomi yang lebih baik.
"(Pendapatan selama ini) tidak menentu. Kadang, bisa kosong sampai seminggu," jelas Agus.
Untuk mewujudkan impian tersebut, mereka berencana memanfaatkan bantuan modal usaha dari pemerintah sebesar Rp 750.000. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli tempat tidur pijat dan papan nama.
Dukungan Pemerintah: Program Lenteraku dan Pernik Pantas
Pernikahan Agus dan Sukini merupakan bagian dari program Lenteraku yang diinisiasi oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kulon Progo. Program ini dikemas dalam layanan Pernik Pantas (Pelayanan Pernikahan Penyandang Disabilitas) yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi calon pengantin disabilitas.
"Program ini memberikan kemudahan bagi calon pengantin disabilitas, mulai dari persiapan pranikah hingga pasca-nikah," terang Kepala Kemenag Kulon Progo, Wahib Jamil.
Selain mendapatkan dokumen resmi seperti buku nikah, kartu keluarga, dan KTP baru, Agus dan Sukini juga menerima:
- Layanan antar jemput dari rumah ke KUA
- Bantuan modal usaha
- Penanaman pohon harapan di rumah mereka
Kehadiran pimpinan daerah dalam pernikahan ini juga menjadi bentuk dukungan nyata dari pemerintah daerah. Dukungan ini diharapkan dapat memberikan semangat dan motivasi kepada Agus dan Sukini untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.
Wahib Jamil menambahkan bahwa pernikahan di kalangan penyandang disabilitas masih tergolong jarang terjadi, hanya sekitar 2-3 kali per tahun di Kulon Progo. Jumlah ini merupakan bagian kecil dari total 1.700–1.800 pernikahan yang terjadi pada tahun 2024, lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 2.000 pernikahan.