Tukang Cukur Usia 108 Tahun dari Jepang Raih Rekor Dunia Guinness

Tukang Cukur Usia 108 Tahun dari Jepang Raih Rekor Dunia Guinness

Shitsui Hakoishi, warga negara Jepang berusia 108 tahun, telah secara resmi dinobatkan oleh Guinness World Records sebagai tukang cukur tertua di dunia. Prestasi luar biasa ini diberikan kepada perempuan kelahiran tahun 1916 yang telah memegang gunting dan silet sejak usia 14 tahun. Dalam sebuah upacara penghargaan yang digelar di Kota Nakagawa, Hakoishi mengungkapkan rasa senangnya atas pencapaian tersebut. “Saya sangat senang, saya merasa puas,” ujarnya dengan penuh semangat. Kisah hidupnya yang penuh perjuangan dan kegigihan menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Perjalanan karier Hakoishi sebagai tukang cukur diawali pada masa mudanya. Bersama suami, ia membuka sebuah salon kecantikan di usia 20-an. Namun, tragedi Perang Dunia II mengubah hidup mereka secara drastis. Suaminya gugur dalam pertempuran melawan Amerika Serikat, sementara salon mereka hancur akibat serangan bom. Di tengah kepiluan dan kerusakan yang terjadi, Hakoishi menunjukkan kekuatan dan ketabahan yang luar biasa. Ia dan anak-anaknya selamat dari peristiwa mengerikan tersebut dan kembali ke kampung halaman di Nakagawa untuk memulai kembali kehidupan.

Di Nakagawa, Hakoishi kembali membuka salon cukurnya, menunjukkan tekad yang tak pernah padam. Meskipun usia telah mencapai 108 tahun, semangatnya untuk bekerja tak pernah surut. Ia bahkan bertekad untuk terus menjalankan profesinya hingga usia 110 tahun. “Kerja keras sampai 110 tahun,” tegasnya, menunjukkan semangat pantang menyerah yang menginspirasi. Dedikasi dan ketekunannya selama puluhan tahun menjadi bukti nyata bahwa usia bukanlah penghalang untuk meraih mimpi dan berkarya.

Rahasia Panjang Umur di Jepang: Studi Kasus Hakoishi

Kisah Hakoishi juga turut menyoroti fenomena unik di Jepang: angka harapan hidup yang tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik Jepang, 28,95% penduduk Jepang berusia 65 tahun ke atas, dan terdapat sekitar 90.000 centenarian (usia 100 tahun ke atas). Proporsi centenarian di Jepang bahkan tertinggi di dunia, yaitu 54 per 100.000 penduduk. Berbagai faktor berkontribusi terhadap fenomena ini, dan kisah Hakoishi memberikan gambaran unik.

Beberapa faktor yang mendukung angka harapan hidup tinggi di Jepang antara lain:

  • Aktivitas Fisik: Kebiasaan berjalan kaki untuk menuju transportasi umum dan tempat kerja turut berkontribusi pada kesehatan fisik.
  • Pola Makan Sehat: Konsumsi ikan yang lebih banyak daripada daging, pembatasan garam dan gula, serta porsi makan yang tidak berlebihan.
  • Budaya Makan: Cara duduk di lantai dan makan dengan sumpit cenderung memperlambat proses makan, sehingga membantu mengontrol asupan makanan.

Meskipun belum ada penelitian ilmiah yang secara langsung mengaitkan faktor-faktor ini dengan kasus spesifik Hakoishi, kisahnya memberikan contoh nyata bagaimana gaya hidup sehat dan tekad yang kuat dapat berkontribusi pada umur panjang dan kualitas hidup yang baik. Hakoishi menjadi bukti nyata bahwa usia hanyalah angka, dan semangat yang tak kenal lelah dapat memberikan hasil yang luar biasa.