Kemenperin Genjot Potensi Ekonomi Kemenyan: Hilangkan Kesan Mistis, Fokus pada Nilai Industri

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya untuk meningkatkan nilai ekonomi kemenyan dengan menghilangkan stigma mistis yang selama ini melekat pada komoditas tersebut. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menyatakan bahwa kemenyan memiliki potensi pasar yang sangat besar, baik dari segi budaya maupun nilai tambah industri.

Menurut Reni, pemanfaatan kemenyan sebagai pewangi telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Indonesia sejak lama. Selain kemenyan, kayu Gaharu juga memiliki potensi yang serupa. Kemenperin melihat adanya peluang besar untuk mengembangkan kedua komoditas ini.

Indonesia memiliki potensi bahan baku kemenyan yang dapat diolah menjadi minyak Atsiri. Sentra-sentra penghasil minyak Atsiri banyak terdapat di Sulawesi dan Aceh. Kemenperin berencana untuk berkolaborasi dengan Ditjen Agro untuk menyusun roadmap hilirisasi kemenyan.

"Kita punya bahan bakunya, punya sentra-nya. Dan ini memang menggelitik kami karena ini kok kayaknya kita cuma dapet judul aja nih minyak atsiri. Tapi untuk penggunaan di parfumnya, penggunaan di hilirnya itu belum," jelas Reni.

Untuk mengurangi kesan mistis pada kemenyan, Reni mengusulkan agar nama latin tanaman penghasil kemenyan lebih diperkenalkan kepada publik. Selain itu, ia juga menyarankan penggunaan istilah lain yang lebih menarik dan modern.

"Kita bisa cari bahasa lain supaya jangan kesannya mistis. Apa gitu bahasanya minyak esensial oil atau apa gitu ya yang lebih mengangkat produk tadi," tambah Reni.

Dewan Ekonomi Nasional (DEN) juga mendukung upaya hilirisasi kemenyan untuk memperkuat ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan petani di Sumatera Utara. Ketua DEN, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa hilirisasi bukan hanya tentang menciptakan nilai tambah dari kekayaan alam, tetapi juga tentang memastikan manfaat ekonomi mengalir hingga ke desa-desa tempat sumber daya tersebut berasal.

Luhut menambahkan bahwa kemenyan merupakan komoditas yang sering terabaikan meskipun memiliki nilai besar dan dampak yang nyata bagi masyarakat, khususnya di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.

Kemenyan alami dari Sumatera Utara dikenal sebagai yang terbaik di dunia dan telah diekspor ke berbagai negara di Asia dan Eropa. Resin dari pohon Styrax benzoin ini dibutuhkan di berbagai industri, seperti parfum, aromaterapi, makanan, hingga farmasi. Pada tahun 2024, ekspor kemenyan Indonesia mencapai 43.000 ton dengan nilai lebih dari 52 juta dollar AS.

DEN berencana untuk mengembangkan hilirisasi kemenyan berbasis komunitas dengan menggunakan teknologi sederhana seperti distilasi uap. Hal ini akan memungkinkan petani untuk menghasilkan minyak kemenyan, resin terstandar, hingga bioaktif siap ekspor.