Pemantauan Hilal di Jakarta Terkendala Ketinggian dan Cuaca, Hasil Rukyatul Hilal Jadi Pertimbangan Sidang Isbat
Pemantauan hilal yang dilakukan Lembaga Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jakarta di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari, Kalideres, Jakarta Barat, pada hari Selasa, menemui kendala. Ketinggian hilal yang teramati hanya mencapai 1,4 derajat, jauh di bawah standar minimal 3 derajat yang diperlukan untuk visibilitas. Selain itu, kondisi cuaca mendung tebal di ufuk barat turut menghalangi proses pengamatan.
Abdul Kholiq Soleh, Ketua Lembaga Falakiyah PWNU Jakarta, menjelaskan bahwa meskipun elongasi hilal memenuhi syarat dengan 6,7 derajat, ketinggian yang kurang memadai dan awan tebal menjadi penghalang utama. Teleskop secanggih apapun tidak mampu menembus tebalnya awan yang menutupi ufuk.
Meski demikian, rukyatul hilal tidak hanya dilakukan di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari. Terdapat 114 titik pengamatan lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan banyaknya lokasi pengamatan, diharapkan ada wilayah yang berhasil melihat hilal, terutama di Aceh yang memiliki potensi lebih tinggi karena ketinggian hilal mencapai 6 derajat dan elongasi 6,9 derajat.
Hasil rukyatul hilal dari seluruh Indonesia, termasuk dari Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari, akan dilaporkan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Kementerian Agama RI. Data ini akan menjadi bahan pertimbangan dalam sidang isbat untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah. Kementerian Agama kemudian akan mengumumkan secara resmi kapan dimulainya bulan Dzulhijjah dan Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah.