Job Fair Bekasi Diwarnai Kericuhan Massal Akibat Rebutan QR Code Lowongan Kerja

Kericuhan Warnai Bursa Kerja di Bekasi: Ribuan Pencari Kerja Berdesakan dan Pingsan

Bursa kerja atau job fair yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi di Convention Center Presiden University, Jababeka, Cikarang Utara, pada Selasa (27/5/2025) lalu, berubah menjadi ajang kericuhan. Ribuan pencari kerja yang memadati lokasi terlibat aksi saling dorong, adu mulut, bahkan perkelahian ringan, demi mendapatkan akses cepat ke informasi lowongan kerja.

Rebutan QR Code Picu Kekacauan

Menurut penuturan Ridwan Rahmat, seorang saksi mata yang berada di lokasi kejadian, kericuhan bermula ketika panitia berniat menempelkan pamflet berisi kode QR (Quick Response) yang berisi daftar perusahaan peserta job fair. Namun, sebelum pamflet tersebut berhasil ditempel, seorang pencari kerja yang tidak sabar langsung merebutnya.

"Awalnya panitia mau menempel scan QR, tiba-tiba ada salah satu pencari kerja yang merebut," ungkap Ridwan. Aksi perebutan ini memicu reaksi berantai. Antrean panjang yang sudah padat langsung berubah menjadi lautan manusia yang saling dorong. Beberapa pencari kerja yang kelelahan dan frustrasi terlibat perkelahian.

"Mungkin karena sama-sama capek, akhirnya rusuh," imbuh Ridwan, warga Kampung Gabus, Tambun Utara, menggambarkan suasana kacau di lokasi.

Korban Berjatuhan: Pingsan Massal Akibat Himpitan Massa

Kepanikan dan desakan massa yang tak terkendali menyebabkan sejumlah peserta job fair pingsan. Tim medis yang bertugas segera memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban ke tempat yang lebih aman.

"Luka sih enggak ada, cuma kebanyakan pingsan. Cewek, cowok banyak yang pingsan," jelas Ridwan.

Kritik Pedas Terhadap Penyelenggaraan

Kericuhan yang terjadi dalam job fair ini menuai kritik tajam dari para peserta. Banyak yang menilai bahwa panitia penyelenggara kurang siap dalam mengantisipasi jumlah pengunjung yang membludak. Ridwan, misalnya, menganggap bahwa acara sebesar ini seharusnya tidak dipusatkan di satu titik saja, karena berpotensi menimbulkan penumpukan massa.

"Kurang persiapan intinya panitianya. Jangan di satu titik, harus dipecah jadi beberapa titik. Bayangin saja, pengangguran se-Kabupaten Bekasi ke situ semua," keluhnya.

Angka Pengangguran Tinggi Jadi Sorotan

Data dari Pemkab Bekasi menunjukkan bahwa sekitar 25.000 pencari kerja hadir dalam job fair tersebut, sementara lowongan yang tersedia hanya 2.517 dari 64 perusahaan. Tingginya angka pencari kerja ini menjadi sorotan, karena mencerminkan tekanan ekonomi yang dihadapi masyarakat Kabupaten Bekasi.

Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang, mengakui bahwa antusiasme yang tinggi ini menjadi beban moral bagi pemerintah daerah. Ia berjanji akan menambah kuota lowongan kerja pada gelombang berikutnya dan mendorong lebih banyak perusahaan di kawasan industri Kabupaten Bekasi untuk membuka lapangan kerja.

"Nanti kita panggil pimpinan kawasan atau perusahaan untuk menambah kuota," ujarnya.

Ade Kuswara juga menyoroti kontribusi perusahaan terhadap masyarakat Bekasi, "Ada 7.000 perusahaan di Kabupaten Bekasi, sementara masyarakat Kabupaten Bekasi ada 3,2 juta, artinya harus ada kontribusi," tandasnya.

Insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi Pemkab Bekasi dan pihak-pihak terkait dalam menyelenggarakan acara publik berskala besar. Manajemen kerumunan yang baik dan persiapan teknis yang matang menjadi kunci untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.