Regulasi Baru Mengancam Irama dan Budaya Pantai Rio de Janeiro

Pantai-pantai ikonik Rio de Janeiro, yang selama ini identik dengan alunan musik samba, deretan kursi pantai, dan pedagang kaki lima, kini menghadapi perubahan signifikan. Pemerintah kota Rio de Janeiro, di bawah kepemimpinan Wali Kota Eduardo Paes, telah mengeluarkan dekrit yang bertujuan untuk menertibkan aktivitas komersial di sepanjang garis pantai. Langkah ini diambil dengan alasan menciptakan ketertiban kota, meningkatkan keselamatan publik, melindungi lingkungan, dan memperbaiki interaksi antara wisatawan dan warga lokal.

Efektif mulai 1 Juni, dekrit tersebut mewajibkan semua pedagang di pantai Rio untuk memiliki izin resmi. Persyaratan ini mencakup berbagai kegiatan, mulai dari penjualan makanan dan minuman, penyewaan kursi pantai, hingga pemutaran musik melalui pengeras suara, bahkan pertunjukan musik live di kios-kios. Selain itu, dekrit tersebut juga mengatur identifikasi kios pantai, yang kini harus menggunakan nomor, bukan nama atau warna-warna mencolok seperti sebelumnya. Pemerintah kota berpendapat bahwa aturan ini penting untuk menjaga ketertiban dan melestarikan keindahan lingkungan pantai.

Namun, regulasi baru ini berpotensi mengubah secara drastis suasana semarak yang telah lama menjadi ciri khas pantai-pantai Rio. Dampaknya terhadap para pedagang kecil dan pengalaman pengunjung masih belum dapat dipastikan. Sementara sebagian pihak menyambut baik upaya untuk mengatasi aktivitas yang dianggap tidak tertib, yang lain khawatir bahwa langkah ini akan merusak budaya pantai Rio yang dinamis dan mengancam mata pencaharian banyak musisi dan pedagang lokal yang mungkin kesulitan untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

Julio Trindade, seorang DJ yang bekerja di salah satu kios pantai, mengungkapkan kekhawatirannya, "Sulit membayangkan Rio de Janeiro tanpa bossa nova, tanpa samba di pantai. Sementara dunia menyanyikan 'Girl from Ipanema', kita tidak akan dapat memainkannya di pantai." Senada dengan itu, Orla Rio, sebuah perusahaan yang mengelola lebih dari 300 kios, menyatakan bahwa pembatasan tersebut mengorbankan semangat Rio yang demokratis, musikal, bersemangat, dan otentik.

Menurut laporan dari Balai Kota Rio pada tahun 2022, kegiatan ekonomi di pantai Rio, di luar kios, bar, dan restoran, menghasilkan sekitar 4 miliar real per tahun. Juan Marcos, seorang pedagang udang berusia 24 tahun yang tinggal di favela terdekat, mengungkapkan keputusasaannya, "Kami bekerja keras demi mendapatkan sedikit pemasukan untuk keluarga kami. Apa yang akan kami lakukan sekarang?"

Pantai-pantai Rio setiap tahunnya menarik jutaan wisatawan domestik dan mancanegara yang menikmati berbagai aktivitas, termasuk membeli makanan ringan, minuman, pakaian, dan aksesoris dari para pedagang kaki lima. Pemerintah kota menegaskan bahwa beberapa aturan sebelumnya sudah berlaku dan menyatakan bahwa mereka sedang berdialog dengan semua pihak terkait untuk memahami kebutuhan mereka dan mempertimbangkan penyesuaian yang mungkin dilakukan.

Maria Lucia Silva, seorang warga Copacabana berusia 65 tahun, menyambut baik regulasi baru ini. Ia berpendapat bahwa Copacabana seharusnya menjadi kawasan yang lebih tertib, mengingat tingginya pajak properti dan biaya sewa di wilayah tersebut. Di sisi lain, Rebecca Thompson, seorang wisatawan asal Wales yang kembali mengunjungi Rio, justru menyukai hiruk pikuk dan energi yang ada di pantai-pantai Rio. "Ada semangat, ada energi. Bagi saya, selalu ada rasa kebersamaan dan penerimaan yang kuat. Saya pikir akan sangat menyedihkan jika itu hilang," ujarnya.