Haji yang Ditolak: Mengenal Haji Mardud, Penyebab, dan Tanda-tandanya

Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan bagi setiap Muslim yang mampu. Namun, tidak semua ibadah haji diterima oleh Allah SWT. Terdapat istilah haji mardud, yaitu haji yang ditolak atau tidak diterima. Kondisi ini merupakan kebalikan dari haji mabrur, yang merupakan dambaan setiap Muslim yang menunaikan ibadah haji.

Secara etimologis, kata mardud berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti 'ditolak' atau 'dikembalikan'. Dalam konteks ibadah haji, haji mardud mengacu pada ibadah haji yang tidak diridhai oleh Allah SWT. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari niat yang salah hingga perbuatan dosa yang dilakukan selama pelaksanaan ibadah haji.

Faktor-faktor Penyebab Haji Mardud

Beberapa faktor dapat menyebabkan ibadah haji seseorang menjadi mardud, di antaranya:

  • Niat yang Tidak Ikhlas: Niat yang tulus karena Allah SWT adalah fondasi utama dalam setiap ibadah, termasuk haji. Jika seseorang menunaikan haji dengan niat riya' (pamer) atau hanya untuk mendapatkan status sosial, maka hajinya berpotensi menjadi mardud.
  • Harta yang Haram: Menggunakan harta yang diperoleh dari cara yang haram untuk biaya haji dapat menggugurkan keberkahan ibadah tersebut. Allah SWT hanya menerima amal dari hamba-Nya yang bertakwa dan menggunakan harta yang halal.
  • Melanggar Larangan Ihram: Selama berihram, terdapat sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh jamaah haji. Melanggar larangan-larangan ini, seperti berhubungan suami istri, mencukur rambut, atau memakai pakaian berjahit bagi laki-laki, dapat mengurangi kesempurnaan ibadah haji, bahkan bisa membuatnya mardud.
  • Perbuatan Dosa: Melakukan perbuatan dosa selama menunaikan ibadah haji, seperti berbohong, mencuri, atau melakukan tindakan yang menyakiti orang lain, dapat mencoreng kesucian ibadah haji dan menyebabkan Allah SWT menolaknya.
  • Tidak Mengikuti Tuntunan Syariat: Ibadah haji memiliki tata cara (manasik) yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Melaksanakan ibadah haji tanpa mengikuti tuntunan yang benar, seperti tidak mempelajari manasik haji dengan baik atau melakukan inovasi yang tidak sesuai dengan sunnah, dapat mengurangi nilai ibadah haji.

Ciri-ciri Haji Mardud

Secara kasat mata, sulit untuk menentukan apakah haji seseorang mabrur atau mardud. Namun, terdapat beberapa ciri yang dapat menjadi indikasi bahwa haji seseorang berpotensi menjadi mardud:

  • Tidak Mengalami Perubahan Perilaku: Setelah menunaikan ibadah haji, seharusnya seseorang mengalami perubahan perilaku menjadi lebih baik. Jika setelah haji seseorang tetap melakukan perbuatan dosa dan tidak ada peningkatan dalam kualitas ibadahnya, maka hal ini dapat menjadi pertanda bahwa hajinya tidak diterima.
  • Tidak Meninggalkan Kebiasaan Buruk: Haji yang mabrur akan mendorong seseorang untuk meninggalkan kebiasaan buruk dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jika setelah haji seseorang tetap melakukan kebiasaan buruk, seperti berjudi, mabuk-mabukan, atau melakukan perbuatan maksiat lainnya, maka hal ini dapat menjadi indikasi bahwa hajinya mardud.
  • Tidak Peduli Terhadap Sesama: Haji yang mabrur akan menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Jika setelah haji seseorang tetap acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain dan tidak memiliki keinginan untuk membantu sesama, maka hal ini dapat menjadi pertanda bahwa hajinya tidak diterima.

Doa Agar Haji Mabrur

Setiap Muslim yang menunaikan ibadah haji tentu berharap agar hajinya diterima oleh Allah SWT dan menjadi haji mabrur. Selain berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi syarat dan rukun haji serta menjauhi segala larangan, kita juga dianjurkan untuk berdoa kepada Allah SWT agar haji kita mabrur. Salah satu doa yang bisa dipanjatkan adalah:

Allahummaj-'alhaa hajjan mabruuran wa dzanban maghfuuraan.

Artinya: "Ya Allah, jadikanlah ia (ibadah) sebagai ibadah haji yang mabrur dan dosa yang diampuni."

Haji mardud adalah momok bagi setiap Muslim yang menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami faktor-faktor penyebabnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menghindarinya. Dengan niat yang ikhlas, harta yang halal, mengikuti tuntunan syariat, dan menjauhi perbuatan dosa, insya Allah ibadah haji kita akan diterima oleh Allah SWT dan menjadi haji mabrur.