Dorong Peningkatan Nilai Ekonomi Kemenyan: Inisiatif Hilirisasi untuk Kesejahteraan Petani Sumatera Utara
Kemenyan, resin aromatik yang telah lama dikenal, kini mendapat perhatian serius sebagai komoditas potensial untuk hilirisasi. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah kemenyan, sehingga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat, khususnya petani di Sumatera Utara. Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), menjadi tokoh kunci yang mendorong upaya ini, dengan visi menjadikan kemenyan sebagai contoh sukses hilirisasi berbasis komunitas.
Luhut menekankan bahwa hilirisasi kemenyan bukan hanya tentang menciptakan produk bernilai tinggi, tetapi juga memastikan manfaat ekonomi dirasakan langsung oleh desa-desa penghasil kemenyan. Kemenyan Sumatera Utara, yang dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia, memiliki potensi besar di berbagai industri, mulai dari parfum dan aromaterapi hingga makanan dan farmasi. Meskipun demikian, selama ini petani kemenyan belum mendapatkan harga yang sepadan dengan kualitas dan potensi komoditas tersebut. Pada tahun 2024, ekspor kemenyan Indonesia mencapai 43.000 ton dengan nilai lebih dari 52 juta dolar AS, namun sebagian besar keuntungan belum dinikmati oleh petani.
DEN berencana mengembangkan hilirisasi kemenyan berbasis komunitas dengan memanfaatkan teknologi sederhana seperti distilasi uap. Proses ini memungkinkan petani menghasilkan minyak kemenyan, resin terstandar, dan bioaktif yang siap diekspor. Untuk mewujudkan rencana ini, DEN menggandeng berbagai pihak, termasuk kementerian terkait, pemerintah daerah, dan pelaku usaha. Kerja sama yang terintegrasi diharapkan dapat memastikan hilirisasi kemenyan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat. Luhut juga telah membahas digitalisasi sebaran lahan dan pohon kemenyan dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan pembangunan dilakukan berdasarkan data yang akurat dan kebutuhan di lapangan.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan dukungannya terhadap usulan hilirisasi kemenyan, asalkan bahan baku tersedia dan permintaan pasar ada. Pasar produk kemenyan, baik di dalam maupun luar negeri, dinilai memiliki potensi yang besar. Kemenperin akan berupaya mendorong hilirisasi kemenyan agar memberikan nilai tambah bagi industri dan perekonomian Indonesia. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menambahkan bahwa kemenyan memiliki nilai tambah dari sisi budaya maupun industri. Indonesia memiliki potensi bahan baku kemenyan yang juga menjadi salah satu bahan baku minyak Atsiri. Saat ini kemenyan masih sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat mistis. Padahal dari sisi budaya, manfaat kemenyan sebagai pewangi sudah dilakukan masyarakat sejak dulu, selain itu dari sisi nilai tambah industri, kemenyan punya potensi pasar yang besar.
Guna menghilangkan kesan mistis pada kemenyan, Reni mengusulkan agar nama latin tanaman penghasil kemenyan lebih diperkenalkan kepada publik. Dengan begitu, kemenyan dapat lebih dikenal sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, bukan sekadar bahan ritual. Sementara itu, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria, mengungkapkan bahwa peta jalan industri dan hilirisasi kemenyan saat ini belum ada. Namun, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Agro sedang melakukan upaya pengembangan minyak atsiri yang salah satu bahan bakunya berasal dari ekstrak kemenyan. Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan (IKM KSK) Budi Setiawan mengatakan, saat ini pihaknya sedang fokus mendorong industri kosmetik yang berbahan dasar bahan-bahan alami Indonesia. Salah satunya adalah minyak atsiri yang salah satunya memakai bahan dasar dari ekstrak kemenyan.