Perjuangan Veronika, Remaja NTT Hadapi Tumor Otak: Kisah Harapan di Tengah Keterbatasan
Di sebuah perkampungan yang tenang di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), seorang remaja bernama Veronika Darciani, akrab disapa Oni, tengah berjuang melawan penyakit yang mengancam masa depannya. Gadis berusia 15 tahun ini didiagnosis menderita tumor otak, sebuah cobaan berat yang mengubah drastis hidupnya.
Sejak didiagnosis, Oni mengalami hemiparesis, kelumpuhan pada sisi kanan tubuhnya, yang membuatnya tak lagi mampu berbicara. Kondisinya ini menjadi tantangan besar bagi Oni dan keluarganya, yang harus berjuang keras di tengah keterbatasan ekonomi.
-
Awal Mula Perjuangan
Sebelum penyakit ini menyerang, Oni adalah seorang siswi kelas VIII SMP yang ceria dan penuh semangat. Namun, pada tanggal 1 Mei 2025, segalanya berubah. Saat berjalan kaki bersama teman-temannya menuju sebuah acara di desa tetangga, Oni tiba-tiba merasakan pusing yang luar biasa. Meskipun sudah memberitahu teman-temannya, ia tetap berusaha melanjutkan perjalanan. Sayangnya, setibanya di tempat tujuan, kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya pingsan.
Ketika siuman, Oni mendapati dirinya tak mampu bergerak maupun berbicara. Teman-temannya segera meminta bantuan guru, dan Oni dilarikan ke Puskesmas Lawir. Setelah tiga hari dirawat di puskesmas tanpa menunjukkan perkembangan yang signifikan, keluarga memutuskan untuk membawanya ke RSUD dr. Ben Mboi di Ruteng.
-
Kendala Biaya dan Perjuangan Keluarga
Di rumah sakit, Oni menjalani perawatan selama seminggu. Namun, karena keterbatasan fasilitas, terutama tidak adanya alat CT Scan, dokter merujuknya ke RS Siloam Labuan Bajo untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sayangnya, biaya pengobatan yang besar menjadi kendala utama bagi keluarga Oni. Ayahnya, Fransiskus Joneng, dan ibunya, Maria Hesta Ovang, hanyalah petani dengan penghasilan yang tidak mencukupi untuk membiayai pengobatan Oni.
Dengan berat hati, mereka membawa Oni pulang dan merawatnya seadanya di rumah. Kondisi Oni semakin memprihatinkan, hingga suatu ketika ia menolak makan dan minum selama empat hari. Keluarga panik dan berencana membawanya kembali ke Labuan Bajo, namun lagi-lagi terkendala biaya.
-
Harapan dari Uluran Tangan Dermawan
Di tengah kesulitan, secercah harapan muncul berkat uluran tangan para dermawan. Berkat bantuan banyak orang, Oni akhirnya bisa dibawa ke RS Siloam Labuan Bajo. Hingga saat ini, keluarga masih menunggu kabar baik mengenai hasil perawatannya.
Kisah Oni adalah cerminan perjuangan, ketabahan, dan harapan di tengah keterbatasan. Ia adalah bukti bahwa semangat untuk sembuh dan dukungan dari orang-orang sekitar dapat memberikan kekuatan untuk menghadapi cobaan seberat apapun. Semoga Oni segera pulih dan dapat kembali menjalani hidupnya dengan ceria.