Hasil Uji Oktan Pertalite Viral: Akurasi Pengukuran Dipertanyakan
Hasil Uji Oktan Pertalite Viral: Akurasi Pengukuran Dipertanyakan
Beredarnya video viral di media sosial yang menunjukkan hasil uji oktan Pertalite mencapai RON 93 telah memicu perdebatan publik. Video yang diunggah oleh Usman Gembleh Adie pada 4 Maret 2025 tersebut menampilkan pengujian menggunakan alat Oktis-2 Analyzer Meter Octane Number, yang menghasilkan angka RON yang jauh lebih tinggi daripada standar resmi Pertalite, yaitu RON 90. Adie dalam keterangan unggahannya menghubungkan hasil uji ini dengan selisih harga Pertalite dan produk sejenis dari kompetitor, mengungkapkan rasa penasarannya terhadap perbedaan harga tersebut di tengah kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 pada September 2022. Pernyataan Adie ini memicu pertanyaan lebih luas mengenai kualitas dan penetapan harga BBM di Indonesia.
Namun, keakuratan hasil pengujian tersebut langsung dipertanyakan oleh para ahli. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, dosen dan ahli konversi energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), memberikan penjelasan kritis mengenai metode pengukuran yang digunakan. Ia menekankan bahwa metode pengujian oktan yang sah dan diakui secara internasional harus mengikuti standar ASTM (American Standard Testing and Material). Metode ASTM, menurut Yuswidjajanto, berfokus pada pengukuran ketahanan detonasi bahan bakar, yang dipengaruhi oleh komposisi senyawa kimia di dalamnya. Berbeda dengan metode ASTM, alat Oktis-2 yang digunakan dalam video viral hanya mengukur kemampuan bahan bakar dalam meneruskan arus listrik, sebuah metode yang menurut Yuswidjajanto tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan nilai oktan yang akurat dan valid.
Yuswidjajanto menjelaskan lebih lanjut bahwa perbedaan hasil pengukuran dapat terjadi karena perbedaan prinsip pengujian. Alat yang hanya mengukur konduktivitas listrik, seperti Oktis-2, mungkin memberikan hasil yang tinggi pada bahan bakar tertentu, bukan karena oktan yang tinggi, tetapi karena komposisi bahan bakar tersebut yang lebih efektif dalam menghantarkan arus listrik. Hasil ini, menurutnya, tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan kualitas bahan bakar secara komprehensif. Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya penggunaan metode dan alat pengujian yang standar dan terakreditasi untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kesimpulannya, walaupun video viral tersebut telah menarik perhatian publik dan memunculkan berbagai spekulasi, hasil pengukuran oktan Pertalite yang ditunjukkan masih perlu dikaji ulang. Penggunaan alat pengukuran yang tidak standar dan tidak sesuai dengan metode ASTM membuat hasil pengukuran tersebut tidak valid dan tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk mempertanyakan kualitas Pertalite secara keseluruhan. Hal ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman publik terhadap metode pengujian yang tepat dan peran lembaga resmi dalam memastikan kualitas BBM yang beredar di pasaran.
Poin-poin penting yang perlu digarisbawahi:
- Video viral menunjukkan hasil uji oktan Pertalite RON 93, berbeda dari standar RON 90.
- Penggunaan alat Oktis-2 Analyzer Meter Octane Number yang dipertanyakan akurasinya.
- Metode pengujian standar ASTM (American Standard Testing and Material) ditekankan oleh ahli.
- Perbedaan prinsip pengukuran antara metode ASTM dan alat Oktis-2.
- Pentingnya penggunaan metode dan alat pengukuran yang terakreditasi untuk hasil yang valid.