Perjuangan Meraih Ilmu di Waduk Saguling: Kisah Inspiratif Anak-anak Sekolah Dasar
Perjuangan Meraih Ilmu di Waduk Saguling: Kisah Inspiratif Anak-anak Sekolah Dasar
Kabut pagi yang menyelimuti Waduk Saguling menjadi saksi bisu perjuangan anak-anak sekolah dasar (SD) di Kampung Sampora RW 08 dan Kampung Cijigud RW 02, Desa Karanganyar, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Setiap hari, mereka mempertaruhkan keselamatan demi menuntut ilmu, menyeberangi waduk dengan rakit bambu sederhana.
Dahulu Daratan, Kini Genangan
Pembangunan Waduk Saguling pada tahun 1984 mengubah drastis kehidupan warga. Daratan yang menghubungkan kedua kampung kini menjadi genangan air. Akibatnya, akses menuju sekolah menjadi sulit dan berbahaya. Meski demikian, semangat anak-anak untuk bersekolah tidak pernah padam.
Kaila, seorang siswi kelas 2 SDN Panaruban, adalah salah satu contohnya. Setiap pukul 06.30 WIB, ia sudah berada di tepi waduk, siap menaiki rakit bambu yang menjadi satu-satunya jembatan penghubung ke sekolahnya. Jarak 120 meter antara rumahnya dan sekolah ditempuh dengan penuh kehati-hatian.
"Saya tiap hari naik rakit. Jam 06.30 WIB naik, sampai sekolah jam 07.00 WIB," ujar Kaila dengan tatapan penuh semangat. Baginya, rakit bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga simbol perjuangan untuk meraih cita-cita.
Antara Pilihan dan Keterpaksaan
Sebenarnya, ada jalur darat alternatif menuju sekolah. Namun, jaraknya sangat jauh, mencapai 15 hingga 20 kilometer melalui kecamatan lain. Selain itu, biaya transportasi juga menjadi kendala bagi keluarga kurang mampu. Rakit bambu menjadi pilihan yang lebih efisien, meskipun risikonya sangat besar.
Guru SDN Panaruban, Dodo Jalal, membenarkan kisah perjuangan anak-anak didiknya. Ia mengungkapkan bahwa dulu ada 15 siswa yang rutin menyeberang waduk dengan rakit, namun kini jumlahnya berkurang menjadi sekitar lima orang. Pihak sekolah pernah berinisiatif membuat rakit khusus, namun sayangnya rakit tersebut rusak dan tidak diganti.
Menanti Jembatan Impian
Di tengah keterbatasan, harapan akan sebuah jembatan terus membara di hati warga. Mereka berharap pemerintah dapat membangun jembatan yang layak, minimal bisa dilalui sepeda motor. Dengan adanya jembatan, akses menuju sekolah akan lebih aman dan mudah.
"Saya harap pemerintah bisa membuat jembatan. Minimal motor bisa lewat, jadi warga sana tidak perlu memutar atau terkena basah saat mau ke sekolah," tutur Jalal dengan penuh harap.
Kisah Kaila dan teman-temannya adalah cermin bagi kita semua. Di balik gemerlapnya pembangunan, masih ada anak-anak yang berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan. Mereka adalah pahlawan-pahlawan kecil yang pantang menyerah demi meraih masa depan yang lebih baik.
Daftar Kata Kunci Penting:
- Waduk Saguling
- Anak Sekolah Dasar
- Rakit Bambu
- Perjuangan Pendidikan
- Kabupaten Bandung Barat
- Aksesibilitas
- Harapan Jembatan
- SDN Panaruban
- Keterbatasan Infrastruktur
- Kaila