Tantangan dan Realita Pekerja Perawatan Lansia Asing di Jepang: Kisah dari Balik Layar

Kompleksitas Profesi Kaigo: Pengalaman Perawat Lansia Asing di Jepang

Profesi sebagai kaigo atau perawat lansia di Jepang menarik minat banyak tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia. Di balik citra ideal, terdapat tantangan nyata yang dihadapi dalam keseharian, terutama dalam menangani pasien dengan kondisi medis khusus dan perilaku yang tidak terduga.

Agsia Inas Julietta, seorang kaigo berusia 25 tahun yang bekerja di panti disabilitas di Prefektur Nara, berbagi pengalamannya. Ia mengungkapkan bahwa ketidakstabilan emosi sering kali menjadi masalah utama. Pasien dapat bertindak impulsif, berpotensi membahayakan diri sendiri maupun perawat. "Ketika emosi mereka tidak terkontrol, mereka bisa melakukan apa saja. Mereka bisa melukai diri sendiri atau kami sebagai caregiver," jelas Agsia. Tindakan seperti menjambak atau mencakar juga sering terjadi akibat perubahan mood yang mendadak.

Pengalaman kurang menyenangkan juga dialami Agsia ketika seorang pasien lanjut usia menyerangnya secara fisik, mencakar dan memukul matanya. Insiden ini terjadi tanpa peringatan, menyoroti risiko yang dihadapi perawat dalam situasi yang tidak terduga.

Kukuh, seorang kaigo berusia 26 tahun yang bekerja di panti khusus penderita demensia di Prefektur Fukuoka, menghadapi tantangan berbeda. Ia harus berurusan dengan pasien yang mengalami hilang ingatan dan disorientasi. "Setiap hari mereka bertanya nama mereka siapa, berasal dari mana, rumahnya di mana. Sudah ke toilet, tapi ingin ke toilet lagi," ungkap Kukuh. Kesabaran ekstra sangat dibutuhkan dalam menghadapi kondisi pasien demensia.

Baik Agsia maupun Kukuh menekankan pentingnya melaporkan setiap insiden kepada penanggung jawab di tempat kerja. Laporan ini menjadi dasar bagi penanganan lebih lanjut untuk memastikan keselamatan pasien dan perawat.

Kekurangan Tenaga Kerja dan Upaya Pemerintah Jepang

Kisah Agsia dan Kukuh mencerminkan realitas yang dihadapi banyak kaigo asing di Jepang. Negara ini mengalami kekurangan tenaga kerja lokal, terutama di sektor perawatan lansia, seiring dengan bertambahnya populasi lansia. Pemerintah Jepang telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini.

NHK melaporkan bahwa pemerintah Jepang mengalokasikan subsidi sebesar 270 juta yen untuk perusahaan swasta yang merekrut perawat asing. Subsidi ini bertujuan untuk mendorong perekrutan dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor perawatan lansia yang terus meningkat.

Data terbaru dari Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang menunjukkan bahwa jumlah warga berusia 65 tahun ke atas mencapai 36,25 juta jiwa, atau sekitar 29,3 persen dari total populasi. Hal ini menjadikan Jepang sebagai negara dengan populasi lansia tertinggi di dunia, sehingga kebutuhan akan tenaga kaigo semakin mendesak.