Menjalankan Ibadah di Negeri Matahari Tengah Malam: Kisah Umat Muslim Inuvik di Bulan Ramadhan
Menjalankan Ibadah di Negeri Matahari Tengah Malam: Kisah Umat Muslim Inuvik di Bulan Ramadhan
Di kota Inuvik, sebuah permukiman di utara Lingkar Arktik Kanada, fenomena alam unik mewarnai kehidupan komunitas Muslim setempat selama bulan Ramadhan. Matahari yang bersinar hingga 24 jam sehari di musim panas menghadirkan tantangan tersendiri bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa dan shalat. Namun, kehidupan religius mereka tetap teguh, dijalani dengan penyesuaian dan kebersamaan yang mengagumkan di Masjid Midnight Sun, yang juga dikenal sebagai "Little Mosque on the Tundra". Masjid ini, yang awalnya dibangun di Winnipeg dan dipindahkan sejauh 4.000 kilometer ke utara, menjadi simbol ketahanan dan adaptasi umat Muslim di lingkungan yang ekstrem.
Berbeda dengan sebagian besar wilayah dunia, umat Muslim Inuvik menyesuaikan jadwal ibadah mereka dengan waktu di Mekkah. Hal ini dilakukan untuk mengatasi fenomena matahari tengah malam yang berlangsung selama lebih dari 50 hari dalam setahun. Bagi mereka yang baru pertama kali merasakan pengalaman ini, seperti yang diungkapkan Hasabelnabi, shalat lima waktu di bawah sinar matahari yang tak pernah tenggelam menjadi momen yang tak terlupakan. Mohamed Asad Behrawar, seorang akuntan yang baru pindah ke Inuvik dari Edmonton, Alberta, mengungkapkan bahwa beradaptasi dengan cuaca ekstrem di Inuvik, meskipun sudah terbiasa dengan hari-hari yang lebih panjang di Edmonton, tetap menjadi tantangan yang berarti. Namun, tantangan ini tak mampu meredupkan semangat beribadah mereka.
Kehidupan di Inuvik sendiri penuh dinamika. Abadallah El Bekai, seorang pria keturunan Palestina yang telah tinggal di Northwest Territories selama 25 tahun, menggambarkan pengalamannya dengan sentuhan humor dan refleksi diri. Ia mengungkapkan dilema antara keinginan untuk meninggalkan Inuvik dan takdir yang seakan-akan menahannya di kota kecil yang terletak di ujung dunia ini. Namun, di tengah kesulitan tersebut, komunitas Muslim Inuvik menunjukkan kekuatan ikatan persaudaraan, khususnya selama bulan Ramadhan. Pada Minggu (2/3/2025), mereka berkumpul di Masjid Midnight Sun untuk berbuka puasa bersama, menikmati hidangan beragam, dari ayam dan nasi hingga masakan khas Sudan, menciptakan atmosfer hangat dan penuh kebersamaan.
Komunitas Muslim Inuvik, yang sebagian besar terdiri dari imigran yang awalnya datang ke Kanada sebagai pengungsi sebelum mencari penghasilan lebih tinggi di utara, merupakan bagian yang cukup terlihat dalam masyarakat Inuvik. Abdul Wahab Saleem, seorang cendekiawan Islam yang berkunjung dari Edmonton, menggambarkan komunitas ini sebagai kelompok minoritas yang mudah dikenali. Kehadiran mereka yang menonjol di tengah masyarakat Inuvik menggarisbawahi integrasi yang harmonis dan kontribusi mereka terhadap kehidupan sosial budaya kota kecil tersebut. Kisah mereka menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai spiritualitas dan kebersamaan tetap dapat dijaga dan dipertahankan, bahkan di lingkungan yang menantang dan unik seperti Inuvik.
Tantangan yang dihadapi:
- Menyesuaikan jadwal ibadah dengan fenomena matahari tengah malam dan kegelapan total selama musim dingin.
- Iklim ekstrem di wilayah Arktik.
- Jarak geografis yang jauh dari pusat-pusat komunitas Muslim lainnya.
Adaptasi dan Kebersamaan:
- Menggunakan waktu Mekkah sebagai acuan waktu ibadah.
- Berbuka puasa bersama di Masjid Midnight Sun.
- Integrasi yang harmonis dengan masyarakat Inuvik.