Indonesia Hentikan Impor Beras dan Jagung: Surplus Produksi Domestik Jadi Alasan Utama

Indonesia mengambil langkah signifikan dalam kebijakan pangan dengan menghentikan impor beras dan jagung. Keputusan ini didasari oleh peningkatan produksi dalam negeri yang signifikan, sebagaimana diungkapkan oleh Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono.

Surplus Beras dan Potensi Ekspor Jagung

Menurut Sudaryono, produksi beras mengalami lonjakan sebesar 51% pada musim panen ini, sehingga pemerintah merasa tidak perlu lagi melakukan impor. Bahkan, per Mei 2025, cadangan beras nasional mencapai 4 juta ton, jumlah yang dinilai sangat memadai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kebijakan ini, lanjutnya, turut berkontribusi pada penurunan harga beras dunia dari 700 dollar AS per ton menjadi sekitar 400 dollar AS per ton. Hal ini menunjukkan dampak positif dari kemandirian pangan Indonesia terhadap pasar global.

Tidak hanya beras, pemerintah juga memutuskan untuk tidak mengimpor jagung. Sebaliknya, Indonesia berencana untuk mengekspor komoditas ini. Sudaryono menjelaskan bahwa rapat dengan Gubernur Gorontalo dan perwakilan daerah sentra jagung telah membahas potensi ekspor tersebut. Langkah ini menandakan perubahan besar, dari negara pengimpor menjadi negara pengekspor jagung.

Target Swasembada dan Pengurangan Impor

Selain beras dan jagung, pemerintah juga berkomitmen untuk tidak mengimpor gula konsumsi. Sudaryono optimis bahwa Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dalam lima tahun ke depan. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, tetapi juga untuk mengurangi ketergantungan pada impor komoditas lain yang selama ini didatangkan dalam jumlah besar.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia berupaya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga di pasar internasional.

Komoditas yang tidak diimpor:

  • Beras
  • Jagung
  • Gula Konsumsi

Fokus Pemerintah:

  • Swasembada Pangan
  • Pengurangan Ketergantungan Impor