Keluarga Pertanyakan Lambatnya Penyelidikan Kasus Dugaan Malpraktik Operasi Amandel di Sidoarjo
Sembilan bulan berlalu sejak BP, seorang pria berusia 28 tahun, meninggal dunia setelah menjalani operasi amandel di sebuah rumah sakit swasta di Sidoarjo, Jawa Timur. Namun, hingga kini, keluarga korban masih mempertanyakan kelanjutan proses penyelidikan yang dinilai berjalan lambat.
Anju Vijayanti, ibu dari BP, mengungkapkan kekecewaannya atas belum dilaksanakannya otopsi terhadap jenazah putranya. Anju melaporkan kasus ini ke Polresta Sidoarjo pada 30 September 2024, dan laporan tersebut teregister dengan Nomor LP-B/532/X/2024/SPKT/POLRESTA SIDOARJO/POLDA JATIM pada 2 Oktober 2024. Namun, hingga saat ini, belum ada tindak lanjut yang signifikan.
"Saya sudah di BAP untuk kelanjutan kasus ini dengan rencana otopsi. Tapi sampai sekarang, otopsi belum juga dilakukan," ujar Anju, Rabu (28/5/2025).
Menurut Anju, pihak kepolisian menjelaskan bahwa pelaksanaan otopsi tertunda karena menunggu rekomendasi dari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Namun, Anju mengaku belum pernah diperlihatkan isi rekomendasi tersebut. Ia juga mempertanyakan mengenai informed consent atau persetujuan tindakan medis yang seharusnya ditandatangani oleh pihak keluarga sebelum operasi dilakukan.
"Sampai saat ini, saya tidak diperlihatkan apa isi rekomendasinya (MKDKI). Dan saya minta tanda tangan anak saya untuk informasi konsen (operasi), itu pun sampai sekarang tidak diperlihatkan," ungkapnya.
Anju menceritakan kronologi kejadian yang bermula ketika BP masuk ruang ICU pada Jumat (20/9/2024) malam. Keesokan harinya, Sabtu (21/9/2024) pagi, Anju mendapati putranya telah diberi makan oleh pihak rumah sakit, padahal BP dijadwalkan menjalani operasi amandel pada siang harinya.
"Saya datang pukul 07.00 WIB, sudah ada makanan untuk anak saya. Saya tanya, kok boleh makan? 'Iya, ini dikasih makan, terus aku makan'," kata Anju.
Anju merasa heran karena seharusnya pasien yang akan menjalani operasi dipersiapkan dengan berpuasa. Selain itu, ia juga mempertanyakan mengenai pemeriksaan kondisi BP sebelum operasi. Menurutnya, hasil laboratorium yang digunakan sebagai acuan adalah hasil tes yang dilakukan 10 hari sebelum operasi.
"Hasil labnya dia (korban) itu 10 hari sebelum operasi. Jadi mau operasi itu enggak ada observasi anak saya, cek darah atau apa, enggak ada, patokannya lab 10 hari yang lalu," jelasnya.
Operasi amandel kemudian dilakukan pada pukul 11.30 WIB. Namun, sekitar pukul 15.45 WIB, BP tiba-tiba mengalami henti jantung dan dilarikan kembali ke ICU. Dokter menyatakan telah melakukan upaya pemompaan jantung dan memberikan kejutan listrik selama dua jam, namun nyawa BP tidak tertolong.
"Dia sudah enggak ada napasnya, jantungnya berhenti, dan dokter bilangnya sudah memompa dan kejut jantung dua jam. Masih di ruang operasi, anak saya itu meninggal," tutur Anju dengan nada sedih.
Setelah kejadian tersebut, Anju meminta ringkasan penanganan medis yang diberikan kepada putranya selama di ruang operasi. Namun, hingga saat ini, pihak rumah sakit belum memberikan informasi yang diminta.
"Saya minta resume, enggak dikasih sampai sekarang, enggak ada penjelasan juga. Ini ada kelalaian menurut saya, tapi saya belum tahu permasalahannya, siapa yang bertanggung jawab," ucapnya.
Dengan segala kejanggalan yang ia rasakan, Anju berharap pihak kepolisian dapat segera menindaklanjuti laporannya dan mengungkap kebenaran di balik kematian putranya. Ia menegaskan akan terus berjuang mencari keadilan untuk BP.
"Kami hanya ingin kebenaran, keadilan untuk BP, untuk anak saya. Kami tidak akan berhenti jika keadilan tidak bisa kami temukan di balik meja rumah sakit atau di kantor polisi," tegasnya.
Berikut poin-poin penting dari kasus ini:
- Korban meninggal dunia setelah operasi amandel di rumah sakit swasta Sidoarjo.
- Keluarga korban melaporkan dugaan kelalaian medis ke Polresta Sidoarjo.
- Proses otopsi jenazah korban belum dilaksanakan hingga saat ini.
- Keluarga mempertanyakan rekomendasi MKDKI dan informed consent operasi.
- Ibu korban menduga adanya kejanggalan dalam penanganan medis sebelum operasi.