Indonesia Genjot Swasembada Susu dan Daging Sapi dengan Impor Ratusan Ribu Indukan

Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis untuk memperkuat sektor peternakan dalam negeri dengan membuka keran impor sapi indukan. Sebanyak 184 ribu ekor sapi indukan akan didatangkan dari berbagai negara, termasuk Australia, New Zealand, dan Brasil. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas genetik sapi lokal dan mendorong swasembada daging serta susu sapi.

Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menjelaskan bahwa pemilihan negara-negara pengimpor didasarkan pada kualitas sapi yang teruji dan kemampuan adaptasi terhadap iklim tropis Indonesia. Brasil, misalnya, dikenal dengan jenis sapi tropis yang relatif mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di Indonesia.

Inisiatif impor sapi indukan ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini membutuhkan pasokan susu sapi segar yang besar, dan pemerintah bertekad untuk memenuhi kebutuhan tersebut dari produksi dalam negeri.

"Protein yang besar ini (susu sapi segar di MBG) jangan sampai dipenuhi dari impor dong, itu memperkaya orang lain. Harus swasembada. Ini indukan dalam rangka kita mau swasembada," tegas Sudaryono.

Selain impor indukan, pemerintah juga meningkatkan kuota impor sapi bakalan atau sapi hidup. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengungkapkan bahwa kuota impor sapi bakalan tahun 2025 ditambah 184 ribu ekor, dari sebelumnya 350 ribu ekor menjadi 534 ribu ekor. Langkah ini diambil untuk menggenjot produksi daging sapi dalam negeri.

Zulhas menekankan bahwa pemerintah lebih memilih impor sapi hidup daripada daging sapi beku karena memberikan dampak positif yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia. Impor sapi hidup akan melibatkan peternak lokal, petani rumput, dan petani jagung, sehingga menciptakan nilai tambah di dalam negeri.

"Kalau penggemukan itu itu kan kita beli sapinya kecil, digemukin 6 bulan, 1 tahun. Itu ada petaninya, ada petani rumput, ada makanan jagung. Jadi banyak yang terlibat. Tapi kalau beku, enggak ada nilai tambahnya. Beli beku daging beku dari di sana masuk sini langsung jual. Jadi harganya bisa lebih murah daripada kalau kita gemukin kan," jelas Zulhas.

Dengan serangkaian kebijakan ini, pemerintah berharap dapat mewujudkan swasembada daging dan susu sapi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian.