Dian Siswarini Pimpin Telkom: Era Baru dalam Industri Telekomunikasi Indonesia

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) pada hari Selasa lalu mengumumkan susunan baru jajaran direksi dan komisaris yang diisi oleh tokoh-tokoh berpengalaman di sektor telekomunikasi.

Keputusan RUPST ini menempatkan Dian Siswarini sebagai Direktur Utama Telkom, menggantikan Ririek Adriansyah. Penunjukan ini menandai sejarah baru, menjadikan Dian Siswarini sebagai Direktur Utama wanita pertama di perusahaan BUMN telekomunikasi tersebut. Sebelumnya, Dian Siswarini dikenal sebagai Presiden Direktur dan CEO XL Axiata selama hampir satu dekade, sejak tahun 2015.

Selain Dian Siswarini, Mohammad Awaluddin juga menduduki posisi penting sebagai Wakil Direktur Utama. Awaluddin memiliki pengalaman luas di bidang telekomunikasi dan transportasi. Sementara itu, Ismail, yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), ditetapkan sebagai komisaris.

Dian Siswarini, lahir di Majalengka pada 5 Mei 1968, memulai karirnya di PT Satelindo sebelum bergabung dengan XL Axiata sejak awal berdirinya. Selama memimpin XL Axiata, Dian Siswarini dikenal sebagai tokoh yang mendorong pemberdayaan perempuan. Ia mengimplementasikan program-program yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menduduki posisi strategis di perusahaan. Bahkan, sepertiga jabatan di XL Axiata diisi oleh perempuan.

Lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) ini sempat menjabat sebagai CMO & COO Axiata di Malaysia, mengawasi operasional Axiata di tujuh negara Asia, sebelum kembali ke Indonesia untuk memimpin XL Axiata.

Program pemberdayaan perempuan yang digagas Dian Siswarini melalui Sisternet, bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), telah memberikan dampak positif bagi lebih dari satu juta perempuan, terutama pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Ia juga aktif dalam pengembangan kepemimpinan melalui program XL Future Leader, yang melahirkan banyak pemimpin muda di berbagai perusahaan.

Mohammad Awaluddin, yang lahir pada 15 Januari 1968, sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama Angkasa Pura II selama tujuh tahun sejak 2016. Sebelum berkiprah di industri transportasi, Awaluddin telah lama berkarir di Telkom, mulai dari posisi awal hingga menjadi EGM Divisi Regional 1 Sumatera dan Direktur PT Infomedia Nusantara.

Sebagai informasi tambahan, RUPST juga menetapkan gaji dan remunerasi bagi direktur dan komisaris Telkom. Gaji Direktur Utama Telkom, termasuk tunjangan, diperkirakan mencapai Rp 26,4 miliar per tahun atau Rp 2,2 miliar per bulan, sementara gaji komisaris adalah 45 persen dari gaji anggota direksi.

Kehadiran Dian Siswarini dan Mohammad Awaluddin diharapkan dapat membawa Telkom menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri telekomunikasi. Mereka juga akan mengawasi kinerja Telkomsel, sebagai kontributor pendapatan terbesar bagi Kelompok Telkom.

Saat ini, industri telekomunikasi seluler di Indonesia didominasi oleh tiga pemain utama: Telkomsel, IOH (Indosat Ooredoo Hutchison), dan XLSmart, hasil merger antara XL Axiata dan Smartfren Telecom.

Susunan dewan direksi Telkom terdiri dari sembilan orang, sementara dewan komisaris terdiri dari delapan orang. Salah satu anggota dewan komisaris adalah Dr. Ismail, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Komdigi.

Ismail, kelahiran Mataram pada 10 Agustus 1969, telah berkarier di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) selama lebih dari 32 tahun. Ia merupakan tokoh penting dalam transformasi digital Indonesia, dengan menggagas berbagai kebijakan seperti Palapa Ring, registrasi pelanggan prabayar, pendaftaran IMEI, dan proyek ASO.