Ancaman di Balik Bonus Demografi: Minimnya Penyerapan Generasi Z di Pasar Kerja
Indonesia menghadapi tantangan serius terkait pemanfaatan bonus demografi yang seharusnya menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti fenomena kurangnya penyerapan tenaga kerja dari kalangan Generasi Z (Gen Z), yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012.
Peneliti INDEF, Salsabila Azkia Farhani, menyatakan bahwa kondisi ini berpotensi menjadi masalah besar bagi perekonomian. Tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z dapat menjadi bumerang, menghambat pertumbuhan ekonomi dan membebani demografi Indonesia. Padahal, Gen Z diharapkan menjadi kontributor utama dalam bonus demografi, mengingat mereka tumbuh di era digital dan industri 4.0, yang seharusnya membekali mereka dengan potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Faktor utama penyebab pengangguran di kalangan muda, khususnya usia 15-24 tahun, bukan hanya terbatasnya lapangan kerja. Salsabila menyoroti adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara kebutuhan industri dan kompetensi yang dimiliki oleh lulusan muda, terutama di sektor manufaktur. Lapangan kerja saat ini menuntut kualifikasi yang semakin tinggi, sehingga Gen Z yang tidak memiliki keterampilan yang sesuai akan kesulitan bersaing.
Data Not in Employment, Education, or Training (NEET) menunjukkan bahwa persentase anak muda yang tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan masih tinggi. Pada tahun 2024, angka NEET tercatat sebesar 20,31%, meskipun menurun dari 22,25% pada tahun sebelumnya. Angka ini tetap mengkhawatirkan dan menjadi indikasi adanya masalah serius dalam penyiapan sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi tantangan pasar kerja.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai pihak. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor industri perlu bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan, serta menyesuaikannya dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, perlu juga diciptakan lebih banyak lapangan kerja yang berkualitas, terutama di sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi secara optimal dan menghindari potensi masalah yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.