Parpol Lirik Figur Non-Kader: Analisis Kegagalan Kaderisasi Internal?

Partai Politik dan Fenomena Rekrutmen Pemimpin dari Luar

Dalam lanskap politik Indonesia yang dinamis, sebuah tren menarik perhatian: partai politik (parpol) yang semakin terbuka terhadap tokoh eksternal untuk menduduki posisi ketua umum. Fenomena ini, yang terlihat pada langkah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), memunculkan pertanyaan mendasar tentang efektivitas kaderisasi internal partai.

Akar Masalah: Kegagalan Kaderisasi?

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyoroti bahwa kecenderungan ini bisa menjadi indikasi kegagalan partai dalam menghasilkan pemimpin dari dalam. Beberapa faktor yang mungkin melatarbelakangi situasi ini:

  • Kurangnya Kader Berkualitas: Partai mungkin kesulitan menciptakan kader internal yang memiliki kapabilitas dan visi yang dibutuhkan untuk memimpin.
  • Konflik Internal: Perselisihan antar elite partai dapat menghambat munculnya pemimpin yang solid dan berpotensi menyebabkan perpecahan atau eksodus kader ke partai lain.
  • Pragmatisme Elite: Dorongan untuk mencapai tujuan jangka pendek, seperti meningkatkan elektabilitas secara instan atau mendapatkan akses ke kekuasaan, dapat mendorong elite partai untuk memilih tokoh eksternal daripada kader internal yang potensial.

Kompetisi Pemilu dan Implikasinya

Selain masalah internal, ketatnya persaingan dalam pemilihan umum (pemilu) juga turut memengaruhi fenomena ini. Partai-partai politik berlomba-lomba untuk memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) dan mengamankan kursi sebanyak mungkin di lembaga legislatif. Dalam konteks ini, merekrut tokoh eksternal yang memiliki daya tarik publik atau sumber daya yang signifikan dapat dianggap sebagai jalan pintas untuk meningkatkan peluang kemenangan.

Contoh Kasus: PSI dan PPP

PSI telah membuka pendaftaran calon ketua umum melalui mekanisme "pemilu raya" dengan sistem one man one vote. Langkah ini memungkinkan siapa saja, termasuk individu di luar partai, untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum, asalkan memenuhi persyaratan keanggotaan. Sementara itu, PPP secara terbuka mempertimbangkan sejumlah tokoh eksternal sebagai calon ketua umum, termasuk mantan pejabat tinggi militer dan menteri.

Nama-nama yang muncul dalam bursa calon ketua umum PPP dari kalangan eksternal antara lain:

  • Eks Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Dudung Abdurachman
  • Menteri Sosial Saifullah Yusuf
  • Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman
  • Mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto

Dari internal ada nama seperti:

  • Sandi Uno
  • Sekjen Arwani
  • Gus Yasin

Muktamar PPP dengan agenda pemilihan ketua umum PPP dijadwalkan akan digelar pada akhir Agustus 2025 atau September 2025.

Tantangan dan Peluang

Fenomena ini menghadirkan tantangan dan peluang bagi partai politik di Indonesia. Di satu sisi, merekrut tokoh eksternal dapat membawa energi baru, perspektif yang berbeda, dan sumber daya tambahan. Namun, di sisi lain, hal itu juga dapat mengikis loyalitas kader internal, melemahkan proses kaderisasi, dan menimbulkan pertanyaan tentang identitas dan ideologi partai.

Partai politik perlu menyeimbangkan antara kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan mempertahankan komitmen terhadap pengembangan kader internal. Investasi dalam program kaderisasi yang efektif, menciptakan lingkungan yang inklusif dan meritokratis, serta memberikan kesempatan yang adil bagi kader internal untuk berkembang adalah kunci untuk memastikan keberlanjutan dan relevansi partai politik di masa depan.